Ragukan Kesimpulan ASN Wanita Tewas dalam Mobil karena Bunuh Diri?, Begini Penjelasan Polisi

Sabtu, 17 September 2022 | 18:56:10 WIB
Mobil Dimana ASN Wanita Ditemukan Tewas di Basement DPRD Riau/int

LIPO - Setelah melakukan pendalaman dengan menggali keterangan para saksi dan menganalisa alat bukti, polisi menyimpulkan bahwa kematian ASN wanita yang ditemukan tewas dalam dalam mobil di basement DPRD Riau karena bunuh diri. 

Mendengar kesimpulan penyidik Polresta Pekanbaru banyak membuat kening masyarakat mengkerut. Ya, wajar saja masyarakat bertanya-tanya dan meragukan kesimpulan Polisi tersebut, karena dianggap bagaimana mungkin orang bisa melakukan bunuh diri dengan tali di dalam mobil, sementara tinggi dari lantai mobil ke kabin hanya berjarak diperkirakan 1 meter. 

Apalagi, sebelumnya polisi menerangkan, berdasarkan hasil autopsi  menunjukan adanya kekerasan benda tumpul di bagian leher korban (Fitri). 

"Penyebab kematian adalah adanya kekerasan (benda) tumpul di leher yang menekan jalan nafas yang ditandai adanya asfiksia (mati lemas)," kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Andrie Setiawan, kepada wartawan, Senin (12/9/2022) lalu. 

Berdasarkan tempat dimana ditemukan korban tewas dan hasil autopsi yang disampaikan, menjadi wajar masyarakat mempunyai asumsi dan dugaan lain bahwa korban jangan-jangan bukan karena bunuh diri. 

Lalu, apa alasan pihak penyidik menyidik menyimpulkan kalau ASN wanita (Fitria) bunuh diri? 

Kasubdit Yanmed Biddokes Polda Riau, Kompol Supriyanto menjelaskan, bahwa penyebab kematian korban adalah kekerasan (benda) tumpul pada daerah leher, yang mana pola dan gambaran luka sesuai dengan pola kasus gantung diri.

"Untuk mekanisme matinya Asfiksia atau sumbatan jalan nafas. Dari beberapa temuan yang kami lakukan, kami tidak menemukan adanya patah tulang seperti pada daerah leher yang mengindikasikan adanya mati akibat cekikan," kata Supriyanto, kepada wartawan, Sabtu (17/9/2022).

Supriyanto menjelaskan, kasus ini secara keilmuan dikategorikan dalam Incomplete Hanging atau yang biasa disebut gantung tidak sempurna.

"Jadi kasus ini incomplete hanging atau gantung tidak sempurna, ini bisa saja terjadi. Karena memang sudah ada juga beberapa kasus di luar negeri maupun Indonesia. Gantung diri sedang duduk di kursi saja bisa," jelasnya.

Ia juga mengungkapkan, ada 2 kasus yang dikategorikan dalam gantung diri yaitu complete hanging atau gantung sempurna dan incomplete hanging atau gantung tidak sempurna.

"Complete hanging atau gantung sempurna itu ada yang tergantung sempurna bobot tubuh semuanya berada di udara, tidak ada yang ke tanah. Kalau ini kan tidak sempurna, ada bagian yang menyentuh ke tanah, dalam keilmuan ini bisa. Yang membedakan hanya cukup dengan menggunakan berat kepala saja untuk menekan arteri atau pembuluh darah daerah leher sehingga menekan jalan nafas," Jelasnya.

Supriyanto melanjutkan, Incomplete Hanging atau gantung tidak sempurna ini secara keilmuan meninggalnya secara relatif lebih lama dibandingkan dengan gantung sempurna.

Supriyanto juga menambahkan, korban tidak menemukan tanda-tanda kehamilan dari tubuh korban.

"Pada saat kita melakukan pemeriksaan terhadap autopsi kepada korban, bahwa kami tidak menemukan tanda-tanda kehamilan. Kami sudah periksa urinenya dan kami juga melakukan pemeriksaan bagian dalam rahimnya, jangankan janinnya bentuk gumpalan saja tidak ada," tutupnya (*1/ckp) 



 

Terkini