LIPO - Sebuah video tentang penculikan anak di Pekanbaru menyebar di media sosial. Di sejumlah WhatsApp Grup (WAG), video tersebut wara wiri dibagikan.
Setelah ditelusuri terkait video penculikan tersebut, pihak Polresta Pekanbaru menyatakan bahwa kasus penculikan itu bukan terjadi di Pekanbaru Riau, tapi di daerah lain. Sehingga bisa dikatakan video tersebut adalah kabar bohong alias hoax.
"Bukan di Pekanbaru kejadian dalam video itu. Tapi di Pontianak," ujar Kapolresta Pekanbaru Kombes DR Pria Budi kepada wartawan, Senin (30/01/23).
Pria Budi menghimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan kabar bohong, serta bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban.
"Masyarakat jangan terlalu cepat menyebarkan video yang belum pasti. Video penculikan anak itu kejadiannya bukan di Pekanbaru. Namun kita harus waspadai kejadian serupa terjadi di tempat kita," jelas Budi.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Andrie Setiawan mengatakan hal yang senada. Dia menyebutkan, video yang beredar di WhatsApps terjadi di Pulau Kalimantan.
"Tidak ada kejadian penculikan anak di Pekanbaru, narasi di video itu hoax," kata Andrie.
Andrie mengaku sudah melihat isi video itu. Dalam keterangan video tersebut yang menyatakan aksi penculikan anak di Pekanbaru digagalkan.
"Berita terkini: Barusan kejadian di daerah bambu kuning, kulim, pekanbaru ada penculikan anak umur 3 tahun yang gagal, ketahuan oleh masyarakat", demikian ditulis keterangan pada video tersebut.
Setelah mendapat video itu, Andrie langsung menelusuri. Hasilnya, ternyata kejadian dalam video itu di Pulau Kalimantan.
"Dalam video itu kejadiannya di Pontianak," kata Andrie.
Ada beberapa video, pertama berdurasi 0,18 detik yang menggambarkan situasi anak-anak menangis yang diduga menjadi korban penculikan.
Kemudian ada juga video yang berdurasi 0,28 detik, dalam video itu tampak seorang perempuan memakai baju motif kotak warna merah yang diduga sebagai pelaku penculikan.
Andrie menghimbau kepada masyarakat Pekanbaru agar tidak sembarangan men share video yang belum tentu kebenarannya.
"Jangan ikut-ikutan membagikan video yang belum pasti kejadiannya dan belum pasti lokasinya. Karena itu bisa menimbulkan keresahan bagi masyarakat lainnya," tegas Andrie. (*1)