Duet Prabowo-Airlangga Dianggap Ideal Gabungan Militer dan Teknokrat Ekonomi, Ini Peluang Airlangga

Ahad, 09 Juli 2023 | 19:29:51 WIB
Prabowo dan Airlangga/rol

LIPO - Kemanakah arah langkah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di Pilpres 2024 mendatang? Mengingat Pilpres sudah semakin dekat. Sementara itu, partai Gerindra tengah mempertimbangkan usulan Jusuf Hamka agar Cawapres Prabowo dari kalangan ekonom. Hingga nama Airlangga Hartarto mencuat ke publik  yang dianggap sesuai mendampingi Prabowo dari kalangan militer.

Menurut pengamat politik Efriza dari Citra Institute kepada liputanoke.com mengatakan bahwa Pilpres 2024 ini tak memberi keuntungan signifikan untuk Airlangga dan Golkar.

"Golkar saat ini dalam kondisi memprihatinkan sebagai partai lama, dan peringkat ketiga tetap tidak punya posisi tawar. Golkar sudah terlihat diabaikan dalam barisan Koalisi lain. Inilah yang memperlihatkan Golkar akhirnya cuap-cuap ke sana ke sini untuk mencoba menunjukkan mereka punya modal kuat, tetapi malah makin tak jelas arahnya," ungkapnya, Minggu (9/7/2023).

Sementara itu, melihat peluang diantara koalisi yang ada, Efriza melihat kecondongan lebih kepada Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).

"Sepertinya cenderung ke KKIR, atau membentuk Koalisi Keempat, pilihan terakhir bergabung bersama PDIP-PPP dengan catatan PDIP membuka diri dan tak lagi sebel dengan Golkar karena wacana koalisi besar sebelumnya," terangnya.

Karena jika melihat situasi peta politik saat ini, Efriza melihat mustahil jika Airlangga ke Koalisi Perubahan karena akan berimbas kursi di kabinet yang akan luput dari tangan Golkar.

"Potensi ke Koalisi Perubahan (KP) tak akan dimanfaatkan oleh Golkar, sebab Golkar malah akan kehilangan kursi di kabinet. Golkar juga berpikir keras, menghindari resistensi dengan Pemerintah, jika bergabung kepada KPP kehilangan kursi dan akan dilemahkan kekuatan Golkar oleh pemerintah seperti layaknya Nasdem, ini yang mengerikan. Golkar diyakini menyadari itu sehingga tidak akan dipilih opsi itu bergabung dengan KPP," ulas dosen ilmu politik ini.

Namun, langkah Airlangga diprediksi takkan mulus mengingat ada pesaing ketat yakni rekan satu koalisi Gerindra yakni Ketum PKB Muhaimin Iskandar yang tentunya takkan membiarkan Airlangga merebut kursi cawapres yang dianggap sebagai jatah PKB sebagai rekan satu koalisi yang membawa Prabowo dapat tiket Pilpres 2024.

"Jika ke Koalisi Kebangkitan Indonesia raya (KKIR) kemungkinan besar ia hanya jadi topping semata, pemanis tampilan dari KKIR. Golkar perlu berjuang keras melobi Gerindra-PKB, untuk meyakini duet Prabowo-Airlangga ini tak mudah karena PKB akan menghalangi dan berusaha menggagalkan, sebab bahasa di PKB, bahwa Golkar harus sadar diri bahwa baru bergabung dalam koalisi tak bisa minta jatah cawapres," terang Efriza.

Oleh sebab itu, pilihan tidak istimewa, tetapi setidaknya Golkar tak sebagai topping saja, yakni membuat koalisi keempat bersama PAN. Airlangga-Zulhas pasangannya itu yang menguat. Namun ini bukan koalisi yang disebut kuda hitam, ini sekadar koalisi receh meminjam bahasa anak sekarang, koalisi terdesak, koalisi penggembira saja di Pilpres. Namun, koalisi ini menyelamatkan muka Airlangga karena ia sudah diamanatkan sebagai capres Golkar, perjuangannya sebagai capres sukses dengan terbentuk koalisi keempat, soal menang itu hal terakhir tentunya.

"Namun, lebih mudah, Golkar melobi PAN sebab masih bersama terus keduanya, PAN akan menerima dengan senang hati. Sebab PAN yang dianggap akan tak terpilih dalam ambang batas Parlemen, setidaknya bisa menunjukkan kenangan indah Ketua Umumnya sebagai pasangan di Pilpres, sambil berharap akhirnya lolos ke Senayan meski perlu perjuangan ekstra keras," ujarnya.

Mengingat ketatnya persaingan untuk mendapat kursi cawapres, Efriza melihat PKB akan setengah hati jika duet Prabowo-Airlangga memang benar terjadi.

"Ada Golkar KKIR dan ke Prabowo, sebab Prabowo-Airlangga masih kompetitif. Tetapi pasangan kurang melengkapi sebab hanya rasa nasionalis. Meski ada PKB tetapi diyakini PKB tidak akan terlampau serius lagi berjuang memenangkan pasangan ini karena sakit hati. Langkah yang sulit dan terjal adalah meyakini Muhaimin dan Prabowo, bahwa duet Prabowo-Airlangga lebih baik dibandingkan Prabowo-Muhaimin," urai dosen di beberapa universitas ini.

Meski masih punya kesempatan merebut kursi cawapres, Efriza melihat peluang Airlangga tak begitu besar.

"Golkar punya kans ke KKIR, hanya sebagai cawapres, dengan potensi kecil. Sekarang tinggal keputusan di Golkar, yang sedang tidak dianggap, apakah akan memilih maju meski dengan koalisi recehnya atau memilih bersiap sebagai topping dari pemanis KKIR saja," terangnya.

Meski begitu, jika Golkar meramaikan koalisi sehingga berjumlah empat, itu akan lebih diinginkan oleh PDIP, sebab PDIP punya memori kelam kalah di Pilkada DKI karena koalisi hanya tiga dan masuk putaran kedua.

"Sebab, KPP ketika kalah kecenderungan besar akan bergabung ke KKIR sebagai penantang PDIP. Dan, ini tentu akan menjengkelkan PDIP, oleh sebab itu koalisi keempatan Golkar-PAN ini akan diharapkan sebab dalam putaran kedua Koalisi Golkar-PAN akan cenderung ke PDIP, ini artinya kekuatan KKIR dan PDIP-PAN akan sama kuat,' pungkasnya.(*16)

Tags

Terkini