PEKANBARU, LIPO - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang terjadi di sejumlah wilayah di pulau Sumatera sudah berdampak ke sejumlah wilayah. Terutama di Pekanbaru, Riau.
Beberapa hari belakangan ini Kota Pekanbaru diselimuti kabut asap tebal. Kabut asap ini tidak hanya mengganggu aktivitas masyarakat di luar ruangan, tapi juga berdampak kepada dunia penerbangan.
Kepala Badan Meteorolog, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Ramlan, mengungkapkan, pada Minggu (01/10/23) pada pukul 05.00 wib, jarak pandang kurang dari 500 meter.
"Untuk jadwal penebangan sempat terganggu hari ini, terutama flight sebelum pukul 05.00 wib. Setelah pukul 08.00 wib jarak padang kembali berangsur normal," terang Ramlan kepada liputanoke.com, pada Minggu (01/10/23) kemarin.
Ramlan mengatakan, kabut asap di Kota Pekanbaru besar kemungkinan berasal dari karhutla yang terjadi di beberapa wilayah Kabupaten yang ada di Riau.
"Sekarang ini angin bergerak dari tenggara ke barat laut. Makanya Kota Pekanbaru terpapar kabut asap," terang Ramlan.
Selain itu ditambahkan Ramlan, kabut asap yang melintasi Kota Pekanbaru juga dimungkinkan diperparah asap kiriman dari provinsi tetangga, seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel).
"Kota Pekanbaru dimungkinkan menjadi lintasan kabut asap dari sejumlah wilayah tersebut karena dibawa angin," ulasnya.
Sementara menyikapi kabut asap yang terjadi, Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau dr Indra Yovi Sp. P (K) mengatakan, kabut asap ini sangat beresiko kepada anak-anak. Termasuk kepada orang-orang yang sebelumnya sudah punya masalah kesehatan pernafasan.
"Seperti punya penyakit TBC, asma, dan kanker paru itu akan langsung berdampak pada imunitas pernafasan mereka. Kemudian juga pada anak, mereka lebih rentan terkena ISPA, namun itu masih merupakan efek jangka pendek," katanya.
Sementara itu, untuk efek jangka panjang tergantung pada seberapa parah polusi yang terjadi. Secara awam polusi tersebut juga dapat dilihat dari jarak pandang. Di mana semakin pendek jarak pandang maka semakin berbahaya polusi yang terjadi.
"Kalau dibawah 100 meter jarak pandang, itu berarti status polusi nya hitam," sebutnya.
Karena itu, pihaknya menyarankan jika melihat status kualitas udara tidak sehat, jika harus bepergian keluar rumah hendaknya menggunakan masker. Terutama bagi kelompok rentan dan anak-anak.
"Masker yang digunakan masker medis yang biasa saja, tidak perlu masker yang N95," ujarnya. (*1)