LIPO - Selama periode Januari-Mei 2025, kebakaran terjadi pada lahan seluas 751,8 hektare di Riau. Wakil Menteri Kehutanan, Sulaiman Umar, menyebut kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda 695,7 hektare tanah gambut, dan 55,37 hektare di tanah mineral.
Berdasarkan tutupan lahan, karhutla terjadi di 16,4 hekatare tutupan hutan dan 734 hektare tutupan non hutan. Oleh karena itu, pihaknya menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dengan tim gabungan.
"OMC menjadi langkah penting dalam upaya mengurangi potensi kekeringan pada lahan gambut. Sampai dengan saat ini, dua tahap OMC sebanyak 14 sortie, dengan jumlah bahan yang disemai pada awan sebanyak 12.600 kg (NaCl)," ujar Sulaiman dalam keterangannya, Senin (21/7/2025).
OMC akan terus dilaksanakan di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Sementara itu, berdasarkan pantauan Satelit Himawari BMKG, sebaran asap akibat karhutla menjalar ke Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
Sulaiman memastikan, kondisi asap sudah membaik dan tidak terdeteksi asap lintas batas pada 20 Juli 2025.
“Kondisi iklim dan cuaca di provinsi Riau saat ini meminta perhatian kita bersama," ungkap dia.
Berdasarkan pantauan titik panas atau hotspot satelit Terra Aqua Nasa dari Sistem Pemantauan Karhutla Kementerian Kehutanan – SiPongi periode 1 Januari s.d. 20 Juli 2025, di wilayah Riau tercatat memiliki titik panas atau hotspot tertinggi, dengan Kabupaten Rokan Hilir (1.767 titik), Rokan Hulu (1.114 titik), serta Dumai (333 titik).
Hotspot secara keseluruhan di wilayah Riau berjumlah 4.449 titik, dengan hotspot tertinggi pada Juli sebanyak 3.031 titik.
Upaya pemadaman terus dilakukan secara intensif oleh Kemenhut bersama Dinas Kehutanan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBDPK) Riau, BPBD Rokan Hilir TNI/Polri, hingga kelompok Masyarakat Peduli Api. Dirjen Penegakan Hukum Kehutanan, Dwi Januanto, menyatakan ada 120 personel tim gabungan yang berupaya memadamkan dan memantau kebakaran.(***)