PEKANBARU, LIPO-Kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Riau mulai berdampak buruk terhadap kesehatan.
Pantauan Liputanoke.com di sejumlah klinik kesehatan di pemukiman warga seperti di Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, sejak sepekan terakhir sudah lebih 100 anak maupun balita datang ke klinik dan menderita batuk dan sesak nafas.
"Gejala yang dialami anak-anak jelas disebabkan oleh kabut asap. Seperti batuk, mata perih dan mual-mual. Kami sudah mengimbau kepada orangtua untuk tidak memnbiarkan anaknya beraktivitas di luar rumah dan selalu hidupkan kipas angin saat di rumah, " kata Bidan Een, pemilik klinik kesehatan kepada Liputanoke.com, Sabtu (27/8/2016).
Kabut 'asap abadi' yang menyelimuti Kota Pekanbaru setiap tahun jelas membuat masyarakat geram. Pemerintah sepertinya tak mampu memerdekakan rakyatkanya dari belengu asap. Tatkala ratusan anak malah hingga ribuan warga nantinya terpapar kabut asap, siapa yang bertanggung jawab?.
"Parahnya lagi disaat pemerintah Singapura menyatakan kabut asap dari Riau dan Sumatra berbahaya bagi kesehatan, pemerintah kita malah diam saja. Saya kira alat pencatat kualitas udara yang tersebar di Kota Pekanbaru diduga sudah 'dimainkan' dinas terkait agar masyarkat tidak cepat panik, " ketus, Budiono, salah seoarang warga Tampan. (Lipo*2)
Ikuti LIPO Online di Pantauan Liputanoke.com di sejumlah klinik kesehatan di pemukiman warga seperti di Kelurahan Sidomulyo Barat, Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru, sejak sepekan terakhir sudah lebih 100 anak maupun balita datang ke klinik dan menderita batuk dan sesak nafas.
"Gejala yang dialami anak-anak jelas disebabkan oleh kabut asap. Seperti batuk, mata perih dan mual-mual. Kami sudah mengimbau kepada orangtua untuk tidak memnbiarkan anaknya beraktivitas di luar rumah dan selalu hidupkan kipas angin saat di rumah, " kata Bidan Een, pemilik klinik kesehatan kepada Liputanoke.com, Sabtu (27/8/2016).
Kabut 'asap abadi' yang menyelimuti Kota Pekanbaru setiap tahun jelas membuat masyarakat geram. Pemerintah sepertinya tak mampu memerdekakan rakyatkanya dari belengu asap. Tatkala ratusan anak malah hingga ribuan warga nantinya terpapar kabut asap, siapa yang bertanggung jawab?.
"Parahnya lagi disaat pemerintah Singapura menyatakan kabut asap dari Riau dan Sumatra berbahaya bagi kesehatan, pemerintah kita malah diam saja. Saya kira alat pencatat kualitas udara yang tersebar di Kota Pekanbaru diduga sudah 'dimainkan' dinas terkait agar masyarkat tidak cepat panik, " ketus, Budiono, salah seoarang warga Tampan. (Lipo*2)