Melirik Ziarah Kubur Hari Raya Enam, Tradisi Masyarakat Kuansing Tak Lekang Oleh Waktu

Melirik Ziarah Kubur Hari Raya Enam, Tradisi Masyarakat Kuansing Tak Lekang Oleh Waktu
Ilustrasi/foto: sabangmerauke

TELUK KUANTAN, LIPO - Perayaan Hari Raya Enam (puasa enam) yang selalu diperingati setiap 8 Syawal sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing).

Tradisi itu sebagian besar diisi dengan menziarahi kubur di setiap pemakaman yang ada di masing-masing kenegerian.

Terutama tradisi yang ada di tengah-tengah masyarakat mulai dari Benai, Pangean, Kuantan Hilir, Kuantan Hilir Seberang, dan Inuman yang masih terpelihara. 

Setiap Hari Raya Enam, masyarakat merayakannya dengan penuh khidmat. Jauh berbeda dengan perayaan Idul Fitri yang dirayakan masyarakat dengan penuh kegembiraan dan penuh kegirangan.

Pasca Hari Raya Idul Fitri yang diperingati setiap 1 Syawal, umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan puasa selama enam hari, terhitung dari 2 Syawal hingga 7 Syawal. Kemudian, pada 8 Syawal diperingati sebagai Hari Raya Enam oleh umat Islam.

Berbagai tradisi dilakukan untuk mengisi dan memeriahkan Hari Raya Enam ini di Kuantan Singingi, ada yang menggelar Silat Pangean di sejumlah laman silat yang ada di Kuansing dan ada juga mengisinya dengan menziarahi tempat pemakaman umum.

Dari pelaksanaan Hari Raya Enam di sejumlah kecamatan, seperti Pangean, Kuantan Hilir dan Kuantan Hilir Seberang, ribuan masyarakat dari masing-masing suku melaksanakan ziarah kubur.

Seperti halnya di Kenegerian Pangean. Di negeri yang dikenal sebagai negeri asal Silat Pangean ini, masyarakat yang berasal dari 4 suku induk, masing-masing Paliang, Camin, Mandahiliang dan Melayu yang tersebar di 17 desa berkumpul di desa tertua di negeri tersebut, yakni Koto Tinggi Pangean.

Di wilayah Koto Tinggi ini terdapat tempat atau tanah pekuburan orang-orang Pangean yang telah meninggal dunia sejak negeri Pangean ini ada di muka bumi.

Biasanya setiap tahun, ribuan masyarakat berdatangan ke Koto Tinggi Pangean hanya untuk melakukan ziarah sambil membersihkan kuburan sanak keluarga. 

Mereka tidak hanya datang dari 17 desa di Pangean, namun juga didatangi oleh orang Pangean yang berada di perantauan.

Usai berziarah seraya berdo'a ke kuburan sanak keluarga yang telah meninggal, masyarakat selanjutnya berkumpul di rumah adat masing-masing suku untuk mendengarkan pengarahan dari para datuk pangulu selaku ninik mamak dalam suku.

Tidak hanya di Pangean masyarakat mengisi Hari Raya Enam ini dengan melakukan ziarah kubur dan berkumpul di rumah adat masing-masing-masing. Perayaan Hari Raya Enam ini juga berlangsung meriah di Kenegerian Koto Tuo Kuantan Hilir, Koto Inuman dan Koto Benai.

Bila dibandingkan dengan Hari Raya Idul Fitri terdapat perbedaan cara pelaksanannya dengan Hari Raya Enam. 

Kalau Idul Fitri, masyarakat yang telah melaksanakan puasa Ramadan saling bersilaturrahim dan menjenguk satu sama lain. Lalu, Hari Raya Enam ini, masyarakat bersilaturrahim dengan sanak keluarga yang telah meninggal dengan cara berziarah dan memanjatkan. do'a.

Menurutnya, tradisi ziarah sambil membersihkan secara massal pekuburan di masing-masing suku. Disamping bersilaturrahmi dengan cara membacakan do'a untuk orang-orang yang telah meninggal, pada perayaan Hari Raya Enam ini merupakan momentum untuk bersilaturrahim antar masing-masing suku yang ada di Pangean. 

Tidak hanya di Koto Rajo, di Desa Koto Tuo, Kecamatan Kuantan Hilir, perayaan Hari Raya Enam juga meriah dan semarak. (Dari berbagai sumber)

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#Ziarah

Index

Berita Lainnya

Index