PEKANBARU, LIPO - Seorang prajurit TNI, Sertu Fren Martos Solissa, nyaris menjadi korban ketika memadamkan karhutla di Rokan Hilir, Riau, pada Jumat (18/7/25) sekitar pukul 14.30 WIB.
Dengan mata perih, nafas terengah, Fren berhasil selamat setelah bersusah payah keluar dari kepungan api yang sedang berkobar.
Fren mengatakan, awalnya hanya kobaran kecil, tak disangka berubah menjadi neraka, menjalar cepat melahap ratusan hektar kebun.
Waktu itu Fren salah satu orang yang pertama yang tiba di lokasi. Kemudian disusul oleh rekan-rekan yang lain. Dengan penuh semangat juang ia langsung berjibaku dengan peralatan seadanya.
"Itu kami kena kepung api bersama seorang TNI juga. Jadi tiupan api itu cepat, kami sedang di dalam tak menyangka sampai api bisa menyeberang," kenang Fren, suaranya masih menyimpan ketegangan, ketika menyampaikan keterangan, Senin (21/7/25).
Dalam rekaman video yang beredar, terlihat momen mengerikan itu. Berseragam loreng kebanggaannya, Fren lari tunggang langgang, keluar dari kepulan asap putih tebal di tengah kobaran api yang menjilat di sisi kanan kirinya.
“Parit dan jalan kalau perkiraan 7-8 meter. Itu kalau tidak cepat menyelamatkan diri pasti kami dan motor juga terbakar di situ," ujarnya.
Kata Fren, biasanya jarak 7-8 meter menjadi pemisah aman, namun sirna dalam sekejap ditiup angin kencang yang membawa bara api melompati parit gajah dan jalan.
Malam tiba, namun api tak kunjung padam. Justru semakin meluas, merayap tak terkendali di atas rumput dan dedaunan yang kering kerontang akibat kemarau panjang.
Pohon-pohon kelapa sawit yang menjulang tinggi pun tak luput dari jilatan api, seolah menjadi obor raksasa yang menerangi kegelapan malam.
"Sampai hari ini belum bisa padam, kalau tim sudah ada penambahan dari Brimob. Awal pertama kita terima itu sudah 40-an hektar," imbuh Fren.
Selain itu kata Fren, ada sebuah objek vital yang harus dijaga mati-matian: pipa minyak raksasa milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Ancaman serius terpampang jelas di hadapan mata.
"Kita pemadaman siang malam, karena kan mendekati pipa minyak PHR," jelas Fren.
Urgensi inilah yang mendorong setiap prajurit dan relawan untuk tak kenal lelah, dibantu logistik dan dukungan penuh dari para penghulu setempat yang turut menyuplai kebutuhan mereka.
Pengalaman pahit menyaksikan kehancuran dan berhadapan langsung dengan bahaya mematikan ini membentuk sebuah pesan kuat dalam diri Fren.
Ia mengimbau masyarakat untuk berhenti membuka lahan dengan cara membakar. Praktik ini, baginya, adalah pangkal dari segala bencana.
"Imbauan kita kepada masyarakat jangan bersihkan lahan dengan cara membakar," tegasnya.
Tak hanya itu, Fren juga menyoroti kebiasaan sepele yang bisa berakibat fatal di musim kering ini.
"Kalau kerja juga jangan merokok, puntung jangan dibuang sembarangan," pintanya.
Di tengah kondisi lahan yang mengering dan rumput yang mudah terbakar, sekecil apapun bara api dapat menjadi pemicu kebakaran hutan dan lahan yang masif.
"Kalau kondisi lahan memang rumput kering mati karena sudah lama kemarau. Tapi kan kalau sudah terbakar justru jadi sumber bahan baku," pungkasnya.
Kisah Sertu Fren Martos Solissa adalah potret nyata perjuangan tak kenal lelah para pahlawan di garis depan Karhutla, pengingat keras akan dampak mengerikan dari kelalaian manusia, dan seruan untuk menjaga kelestarian hutan kita.*****