Menengok Nagari Pariangan, Desa Terindah di Dunia Asal Minangkabau

 Menengok Nagari Pariangan, Desa Terindah di Dunia Asal Minangkabau
Nagari Pariangan/lipo/okz
Tanah Datar, LIPO-BERKUNJUNG ke Nagari Pariangan, Kabupaten Tanah Datar dengan sepeda motor memang cukup melelahkan apalagi dari Padang ke lokasi tersebut akan memakan waktu 2 jam 40 menit atau menempuh 95,6 kilometer.

Namun semua rasa penasaran dan kelelahan akan terobati ketika memasuki wilayah Nagari Pariangan, lokasi daerah bersejarah ini terletak antara Jalan Kota Padang Panjang menuju Kabupaten Tanah Datar di sebelahan kanan akan nampak gapura beratap rumah gadang dengan bertuliskan Selamat Datang Nagari Pariangan.

Kalau ragu bisa langsung ditanyakan pada warung-warung yang ada di lokasi atau masyarakat setempat, wajah yang ramah dan senyum akan memberikan keterangan yang jelas seperti yang dialami Okezone saat bertandang ke daerah tersebut.

“Dari sini (pintu gerbang) terus ke atas hanya sekitar 50 meter belok kiri langsung bertemu dengan Masjid Tuo, nanti disitu parkirnya nak,” kata seorang ibu warga berusia 40 tahun kepada Okezone.

Hamparan sawah terbentang luas sampai ujung pandang, padi-padi milik warga pun menguning sebagian sudah ada yang memanennya. Sepeda motorpun dipacu kembali memang benar kata ibu tadi tidak sampai dua menit langsung masuk di halaman Majid Tua Ishlah.

Kendaraan bisa diparkir di halaman masjid, rasa betah untuk tinggal berlama-lama disana semakin menguat ketika keramahan warga menyambut orang yang berkunjung di daerah tersebut.

Nagari Pariangan yang terletak di tengah lereng perbukitan Gunung Marapi dengan luas wilayah sekitar 17,97 kilometer persegi dan berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut (dpl). Menurut sejumlah pengamat, sistem pemerintahan nagari mirip dengan konsep polis pada masyarakat Yunani kuno yang lebih otonom dan egaliter.

Masjid Tuo Ishlah ini ada tiga menara masing-masing memiliki ukuran yang berbeda mulai ukuran besar sampai ukuran kecil, kemudian ditambah satu menara yang masih baru dibangun.

Di bawah halaman ada empat permandian air panas untuk umum, Rangek Barang, Rangek Tujuan Pincuran, Rangek Gaduang, dan Rangek Songo, semuanya air panas ini berasal dari Gunung Marapi. “Permandian ini dibagi-bagi sebagian untuk perempuan sebagian lagi untuk kaum laki-laki,” ujarnya warga setempat Amrin Narin (55).

Masih berada di halaman jika menoleh sebagian kiri akan melihat Prasasti Adytiawarman atau kalau warga lokal menyebutnya Batu Basurek, tulisannya sanskerta namun hanya sebagian saja yang jelas. Batu Basurek tersebut sudah dipagari pemerintah menjadi benda cagar budaya.(lipo*3/okz)   

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index