Beginilah Semangat Gotong-royong Masyarakat Kuansing Demi Budaya Pacu Jalur

Beginilah Semangat Gotong-royong Masyarakat Kuansing Demi Budaya Pacu Jalur
Masyarakat Kuansing melakukan goro saat mediang Jalur Baru/LIPO 
Telukkuantan, LIPO - Budaya Pacu Jalur di Kabupaten Kuantan Singingi sudah mendarah daging dihati masyarakat. Masyarakat didaerah ini akan selalu menjaga dan melestarikan Budaya Pacu Jalur yang merupakan kebanggaan Masyarakat Kuantan Singingi.

Setiap membuat Sebuah Jalur baru Masyarakat akan selalu bergotong - royong dan akan selalu bersama dan bersatu. Ada nilai-nilai luhur budaya terselip pada setiap pembuatan dan pengerjaan sebuah jalur. Misalnya semangat kebersamaan serta jiwa gotong royong dari setiap warganya.

Hal tersebut diungkapkan Irin (62) warga Kecamatan Benai Selasa Siang (4/7/2017). Dikatakannya,Semangat gotong royong dari suatu kelompok masyarakat tersebut sudah terlihat sejak mencari dan menentukan pohon kayu apa yang akan digunakan untuk jalur diambil dari dalam rimba dan hutan-hutan alam yang ada di wilayah Rantau Kuantan.

Biasanya masyarakat akan membuat jalur akan mencari jenis kayu kure dan banio ke hutan dan rimba sebagai bahan jalur. Selain tahan lama, jenis kayu tersebut juga ringan dan lurus panjang. Setalah Jalur tersebut ditarik bersama-sama untuk dikerjakan di Desa.Selanjutnya Jalur dinyatakan sudah siap oleh tukang Jalur,  warga juga akan bergotong -royong untuk membawa Jalur tersebut ke Sungai Batang Kuantan papar Irin.

Untuk sekedar diketahui ,Sejarah Pacu Jalur berawal abad ke-17, di mana jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti bagian hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat.

Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40-60 orang. Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri).

Dengan perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu. Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama Pacu Jalur.

Pada awalnya, Budaya Pacu Jalur diselenggarakan di kampung-kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam. Namun, seiring perkembangan zaman, akhirnya Pacu Jalur diadakan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pacu Jalur diadakan sekitar bulan Agustus.

Dapat digambarkan saat hari berlangsungnya Pacu Jalur, kota Jalur bagaikan lautan manusia. Terjadi kemacetan lalu lintas di mana-mana, dan masyarakat yang ada diperantauan akan terlihat lagi, mereka akan kembali hanya untuk menyaksikan acara Pacu Jalur ini.

Biasanya jalur yang mengikuti perlombaan, bisa mencapai lebih dari 100. Sedangkan jalur adalah 'perahu besar' terbuat dari kayu bulat tanpa sambungan dengan kapasitas 45-60 orang pendayung (anak pacu).

Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur pada zaman Belanda di mulai pada tanggal 31 agustus s/d 1 atau 2 september. Perayaan pacu jalur tersebut dilombakan selama 3-4 hari, tergantung pada jumlah jalur yang ikut pacu. Budaya Pacu Jalur tersebut hingga kini masih langgeng.

Sedangkan saat ini Pacu Jalur Trasional Rayon Kecamatan sudah dimulai sebelum bulan Agustus dan Pacu Jalur Even Nasional ditepian Narosa Teluk Kuantan digelar pada Bulan Agustus setiap tahunnya.(Lipo*14)

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index