CIREBON, Lipo-Ribuan ton gula petani teburakyat di Kabupaten Cirebon tak laku terjual. Hal itu merupakan imbas dari rencana penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen pada gula tebu yang digulirkan pemerintah beberapa waktu lalu.
Sekretaris DPD Asosiasi Petani TebuRakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Haris Sukmawan, menjelaskan, gula milik petani tebu rakyat yang tidak laku terjual itu merupakan hasil lelang periode kedua hingga periode keenam, atau mulai pertengahan Juni hingga saat ini. Gula itu tak laku karena pedagang tidak ada yang mau membelinya.
"Jumlahnya ada sekitar 2.500-3.000 ton," ujar pria yang akrab disapa Wawan seperti dilansir Republika, Selasa(8/8).
Wawan menjelaskan, kebijakan PPN 10 persen pada gula tebu yang sampai hari ini menjadi polemik dan tak menentu,membuat pedagang enggan membeli gula petani. Akibatnya, gula petani hingga saat ini masih menumpuk di gudang pabrik gula.
Setiap lelang kami mengundang para pedagang, tapi tidak ada yang mau datang. "Alasannya ya karena PPN 10 persen itu," keluh Wawan.
Menurut Wawan, kondisi itu telah menambah penderitaan panjang petani tebu. Setelah tahun lalu dihadapkan dengan cuaca ekstrim, tahun ini petani tebu harus menghadapi penjualan gula yang tak menentu.
Awalnya, para petani tebu tidak keberatan dengan adanya ketetapan menteri perdagangan tentang HET Gula Konsumsiyang mencapai Rp 12.500 per kg. Petani berharap, harga gula di tingkat petani bisa mencapai Rp 11 ribu per kg. Namun ternyata, gula milik mereka malah tak laku.
"Kondisi menyedihkan petani tebuitu justru dimanfaatkan oleh produsen dan pedagang gula rafinasi untuk merembes ke pasar konsumsi," ujar Wawan.
Wawan menambahkan, dengan kondisipetani tebu yang semakin terpuruk, maka DPD APTRI Jabar meminta kepada pemerintah untuk tidak mengenakan PPN Gula untuk petani. Selain itu, meminta kepada pemerintah melalui Bulog untuk membeli gula petani dengan harga Rp 11 ribu perkilogram.
Terpisah, Ketua Komisi II DPRDKabupaten Cirebon, Raden Cakra Suseno, saat dimintai tanggapannya, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Dia berharap, pemerintah bisa berpihak pada nasib petani tebu rakyat.
"Saat ini produksi gula petanisedang bagus, tapi mereka tidak bisa menikmatinya," kata Cakra.
Sementara itu, ratusan petani tebuyang tergabung dalam APTRI Jabar menggelar aksi unjuk rasa ke Kantor Dinas Perdagangan Kota/Kabupaten Cirebon. Hingga berita ini diturunkan, aksi masih berlangsung. (lipo*2/rol)
Ikuti LIPO Online di Sekretaris DPD Asosiasi Petani TebuRakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Haris Sukmawan, menjelaskan, gula milik petani tebu rakyat yang tidak laku terjual itu merupakan hasil lelang periode kedua hingga periode keenam, atau mulai pertengahan Juni hingga saat ini. Gula itu tak laku karena pedagang tidak ada yang mau membelinya.
"Jumlahnya ada sekitar 2.500-3.000 ton," ujar pria yang akrab disapa Wawan seperti dilansir Republika, Selasa(8/8).
Wawan menjelaskan, kebijakan PPN 10 persen pada gula tebu yang sampai hari ini menjadi polemik dan tak menentu,membuat pedagang enggan membeli gula petani. Akibatnya, gula petani hingga saat ini masih menumpuk di gudang pabrik gula.
Setiap lelang kami mengundang para pedagang, tapi tidak ada yang mau datang. "Alasannya ya karena PPN 10 persen itu," keluh Wawan.
Menurut Wawan, kondisi itu telah menambah penderitaan panjang petani tebu. Setelah tahun lalu dihadapkan dengan cuaca ekstrim, tahun ini petani tebu harus menghadapi penjualan gula yang tak menentu.
Awalnya, para petani tebu tidak keberatan dengan adanya ketetapan menteri perdagangan tentang HET Gula Konsumsiyang mencapai Rp 12.500 per kg. Petani berharap, harga gula di tingkat petani bisa mencapai Rp 11 ribu per kg. Namun ternyata, gula milik mereka malah tak laku.
"Kondisi menyedihkan petani tebuitu justru dimanfaatkan oleh produsen dan pedagang gula rafinasi untuk merembes ke pasar konsumsi," ujar Wawan.
Wawan menambahkan, dengan kondisipetani tebu yang semakin terpuruk, maka DPD APTRI Jabar meminta kepada pemerintah untuk tidak mengenakan PPN Gula untuk petani. Selain itu, meminta kepada pemerintah melalui Bulog untuk membeli gula petani dengan harga Rp 11 ribu perkilogram.
Terpisah, Ketua Komisi II DPRDKabupaten Cirebon, Raden Cakra Suseno, saat dimintai tanggapannya, mengaku prihatin dengan kondisi tersebut. Dia berharap, pemerintah bisa berpihak pada nasib petani tebu rakyat.
"Saat ini produksi gula petanisedang bagus, tapi mereka tidak bisa menikmatinya," kata Cakra.
Sementara itu, ratusan petani tebuyang tergabung dalam APTRI Jabar menggelar aksi unjuk rasa ke Kantor Dinas Perdagangan Kota/Kabupaten Cirebon. Hingga berita ini diturunkan, aksi masih berlangsung. (lipo*2/rol)