Kepala Diskop dan UKM Inhil Motivasi Pelaku Usaha Manfaatkan Air Kelapa

Kepala Diskop dan UKM Inhil Motivasi Pelaku Usaha Manfaatkan Air Kelapa
Pelatihan pengolahan air kelapa menjadi produk nata de coco
TEMBILAHAN, LIPO - Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop dan UKM) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) Ir H Tengku Eddy Efrizal MP berharap para pelaku usaha dapat memanfaatkan air kelapa yang selama ini banyak terbuang, sehingga bisa memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Harapan tersebut disampaikan dalam sambutannya saat membuka pelatihan pengolahan air kelapa menjadi produk nata de coco, yang digelar di salah satu hotel di Tembilahan, beberapa waktu lalu.

Dikatakan Tengku Eddy, pelatihan tersebut merupakan terobosan yang sangat baik dan positif, karena Kabupaten Inhil memiliki perkebunan kelapa yang sangat luas, sehingga buah kelapa sebagai bahan baku nata de coco sangat melimpah.

"Jadi, jangan sampai air kelapa terbuang percuma, sebab memiliki nilai ekonomis yang tinggi," katanya.

Mungkin gambar 1 orang, duduk dan berdiri
Setelah pelatihan ini, lanjut Tengku Eddy, para perwakilan pengurus koperasi dapat menumbuhkembangkan ilmu pembuatan nata de coco pada koperasinya masing-masing.

Mungkin gambar 2 orang dan dalam ruangan
"Ini prospek bisnis yang sangat menjanjikan. Kita tahu selama ini banyak koperasi hanya bergerak dalam usaha simpan pinjam, padahal banyak usaha yang lain, seperti salah satunya nata de coco ini bisa dikembangkan," terangnya.

Mungkin gambar 2 orang, orang duduk, orang berdiri dan teks yang menyatakan 'Pelatihan PENGELOL KELAPA MENJADI NATA DE COCO DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR TAHUN ANGGARAN 2021'
Sementara itu, Badrun, salah seorang entrepreneur yang selama ini sudah malang melintang menggeluti usaha di bidang pengolahan air kelapa menjadi Nata de Coco mengakui bahwa sudah sekitar 16 tahun dirinya bekecimpung di bisnis tersebut.

Diakuinya memang tidak mudah, karena sudah beberapa kali mengalami pasang surut dalam mengembangkan usahanya. Namun, hal itu telah menjadi batu loncatan bagi dirinya untuk terus berproses dalam perkembangan dan kemajuan sebuah usaha, hingga sampai membentuk sebuah usaha minuman Nata de Coco dengan Brand "Salju" yang sering dijumpai di warung-warung kecil hingga minimarket-minimarket yang di Kabupaten lnhil ini.

Badrun menjelaskan bahwa peluang usaha bidang pengolahan Nata de Coco ini masih sangat besar, karena permintaan pasar hingga saat ini masih sangat tinggi.

Seperti pada usahanya, permintaan akan bahan baku Nata de Coco perbulan bisa mencapai sekitar 150 ton. Namun dirinya bersama dengan beberapa mitra sampai hari ini hanya sanggup menyediakan 50 ton. artinya, ada 100 ton permintaan lagi yang masih bisa dipenuhi.

"Jika pengelolaan ataupun pelatihan pengolahan ini dapat terus digalakkan sampai kepada pelosok-pelosok daerah yang memiliki potensi ketersedian bahan mentah air kelapa yang melimpah ruah tersebut, maka bukan tidak mungkin permintaan 150 ton perbulan akan tercukupi," ujar Badrun.

Mungkin gambar 1 orang, berdiri dan dalam ruangan
Sedangkan peran Pemkab lnhil melalui Diskop dan UKM sudah cukup baik dalam membina kemajuan UKM. Contohnya saja dengan melaksanakan kegiatan pelatihan pengolahan air kelapa menjadi produk Nata de Coco belum lama ini. Itu artinya pemerintah telah memfasilitasi para pelaku usaha untuk lebih menjalin mitra dengan masyarakat yang ingin bergerak di bidang yang sama.

Mungkin gambar 4 orang, orang duduk, orang berdiri dan kerudung
"Saya secara pribadi memiliki rencana besar, dimana melalui kegiatan pelatihan tersebut, nantinya dapat berjalan program satu kecamatan satu rumah produksi. Karena dengan bahan produksi di setiap kecamatan dapat meringankan beban biaya transportasi ketika saat melakukan pengiriman," terang Badrun.

Mungkin gambar 1 orang dan dalam ruangan
Untuk rencana satu kecamatan satu rumah produksi tersebut, dirinya bersedia menyediakan bahan-bahan yang diperlukan saat pengolahan Nata de Coco, seperti Asam Sulfat, Bibit Nata de Coco, Pemanis dan lain-lain. Kemudian memberikan pelatihan kembali di setiap kecamatan yang ingin bermitra dan mengetahui cara pengolahannya.

Untuk diketahui, saat ini produksi Nata de Coco milik Badrun terus berjalan, dengan sejumlah permintaan yang ada, serta ketersediaan bahan baku yang didapat melalui pelaku usaha santan kelapa yang ada di sekitar Kota Tembilahan.

Ia berharap masyarakat yang juga bergerak di bidang perkelapaan seperti gudang pengolahan kopra putih atau lain sebagainya dapat menampung hasil air kelapa dan dapat dikirim ke lokasi produksi Jalan Pelan Arba Gang Rahmat Tembilahan. Untuk harga belinya, Badrun mengaku siap menampung dengan harga Rp 3.000,- perliter.(*7)


Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index