Bukan SSK II Bukan Tempuling, Sedihnya! Bandara Pertama di Riau 'Mati Suri' Tinggal Kenangan

Bukan SSK II Bukan Tempuling, Sedihnya! Bandara Pertama di Riau 'Mati Suri' Tinggal Kenangan
Bandara Japura Rengat, Inhu/F: ist

INHU, LIPO - Bandara Japura dengan panjang landasan pacu sekitar 1.400 meter yang terletak di Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, pernah menjadi bandara yang pertama di Bumi Lancang Kuning dengan segudang kenangan penerbangan Indonesia. Namun, saat ini bandara tersebut seperti 'mati suri' dan bukan tidak mungkin hanya tinggal kenangan

 

Salah satu sejarah yang pernah ditorehkan oleh Bandara Japura Rengat adalah, pernah digunakan untuk pendaratan dan penerbangan pesawat untuk mengangkut tenaga kerja PT Stanvac bidang pertambangan minyak bumi pada 1952. 

 

Kemudian, pada 1983 hingga 1986 Bandara tersebut masih eksis melayani penerbangan komersial dari sejumlah maskapai meskipun hanya bertahan empat tahun. 

 

Bandara kebanggaan masyarakat Inhu dan Riau umumnya kembali menggeliat di 2018, dengan membuka rute penerbangan jurusan Japura - Batam sepekan sekali, yaitu setiap Rabu, keberangkatan pukul 10.25 WIB dari Japura. Dan Batam - Japura pukul 08.50 WIB, pesawatnya saat itu jenis ATR milik maskapai Wings Air dan Susi Air, akan tetapi tidak bertahan lama. 

 

Kini, meskipun tidak lagi berfungsi pihak Kementerian masih terus melakukan perawatan terhadap aset yang ada di Bandara. Sedikitnya menghabiskan uang negara Rp 6,3 miliar untuk biaya rutin setiap tahunnya. 

 

Bila diamati, kondisi  sejumlah fasilitas Bandara Japura terawat bagus, rumput tertata indah di depan Kantor Bandara maupun areal parkir, hingga lintasan pacu pesawat. 

 

Upaya penerbangan terus didorong oleh pimpinan Bandara Japura kala itu, tidak terkecuali oleh Alex Rudy Nainggolan, yang saat ini sebagai Kepala Bandara Japura sejak 2021 lalu. 

 

Berbagai cara pendekatan ke beberapa pemangku kepentingan getol dilakukan untuk memajukan daerah Inhu dan tentunya lewat penerbangan. 

 

Lelaki 47 tahun itu menceritakan betapa pahitnya untuk memajukan daerah Inhu melalui dunia penerbangan. Beberapa tokoh masyarakat kala itu duduk bersama mengupas soal bandara Japura supaya aktivitas penerbangan berjalan. 

 

"Ada beberapa catatan penting hasil silaturahmi yakni mengenai sistem kerjasama dengan pihak maskapai Wings Air," katanya pada Ahad (05/03/23). 

 

Alex Rudy Nainggolan, tanpa pikir panjang saat itu terbang ke Jakarta untuk menemui pihak Wings Air (Ari Azhari), agar unek-unek masyarakat direalisasikan. Diskusi bersama Wings Air mengerucut menjadi catatan penting agar diteruskan ke pemerintah daerah Inhu. 

 

"Persoalannya saat itu nilai tiket pesawat dari Rengat - Batam lanjut ke Jakarta, kita sudah sampaikan ke Pemda Inhu. Bahkan eloknya perjalan dinas ASN dimasukkan sebagai bentuk dukungan penerbangan, tetapi sampai saat tidak direspon," terangnya. 

 

Lantaran mentok, Alex Rudy Nainggolan, berupaya mengundang semua instansi dan perusahaan perkebunan kelapa sawit, tambang batu bara bersama pemerintah daerah perihal penerbangan. Hasilnya juga sama belum ada kesepakatan mengenai subsidi. 

 

Lagi-lagi, dia memohon kepada pihak Wings Air untuk menurunkan nilai jaminan yang sebelumnya sebesar Rp 1 miliar jadi Rp 500 juta lewat surat berbadan hukum koperasi bandara. Namun, lobi-lobi belum juga membuahkan hasil, Wings Air tetap ngotot Rp 1 miliar sebagai jaminan seat dan blok seatnya 40 dari Batam - Rengat, Rengat - Batam 40 seat. 

 

Tidak patah semangat sampai disitu, Direktorat angkutan udara diterjunkan ke Inhu untuk mensosialisasikan terkait penerbangan dengan mengundang Inhu, Inhil, Kuansing, Pelalawan di Hotel Rapana, Pematang Reba  2022. 

 

"Inti pertemuan tersebut pihak pusat berharap kepada Pemda lebih berperan aktif demi bandara Japura bukan sebaliknya pegawai Bandara yang menjadi ujung tombak," tuturnya. 

 

Begitu juga pesan yang disampaikan Dirjen Perhubungan dalam pertemuan di Batam, beliau minta jangan patah semangat untuk mendatangkan pesawat supaya bandara punya pendapatan. Bila perlu aset yang ada disewakan saja seperti gedung kantor dan lahan tidur. 

 

"Melihat dari arahan Dirjen diprediksi Bandara Japura kedepan tinggal nama, pasalnya wujud bangunan serta aset lainya bakal digunakan oleh pihak ketiga sebagai objek bisnis lain. Yang berpeluang sekarang adalah Bandara Tempuling," pungkasnya.

 

Menyoal Bandara Tempuling di Kabupaten Indragiri Hilir, kata Alex Rudy Nainggolan, bakal berpeluang besar lantaran Bandara Japura tidak kunjung ada penerbangan. Pemerintah daerah Inhil saat ini sedang melakukan negosiasi ke tingkat pusat agar penebangan ada di bandaranya. 

 

"Sekarang mereka (Inhil) tinggal menyerahkan sertifikasi lahan ke pemerintah pusat, lepas itu pembangunan di Bandara bakal ditingkatkan untuk menunjang penerbangan. Tempuling bakal berjaya," ungkapnya. 

 

Meskipun begitu, pemerintah daerah Inhu masih punya peluang memperjuangkan bandara Japura. Di mana dalam waktu dekat ada rapat bersama pihak perhubungan udara pada 7 Maret 2023 mendatang di Lion Tower Jakarta, membahas penerbangan rute Rengat - Batam.

 

Apabila Bupati Inhu, Rezita Meylani Yopi tidak juga dapat menghadiri rapat tersebut maka nasib Bandara Japura akan kandas meskipun punya sejarah di Bumi Lancang Kuning. ***

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index