Filosofi Dibalik Festival Pacu Jalur Kuansing 'Gotong Royong dan Kebersamaan'

Filosofi Dibalik Festival Pacu Jalur Kuansing 'Gotong Royong dan Kebersamaan'
Jalur Sedang Berpacu di Batang Kuantan/F: istimewa

LIPO - Icon "Pacu Jalur" yang identik dengan daerah Kuantan Singingi (Kuansing) Riau menjadi simbol festival tahunan yang selalu dinanti warga. Terutama menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia  (HUT) RI. 

Bahkan festival ini sudah menjadi budaya Nasional yang diikuti oleh ratusan peserta. Tujuannya adalah memadukan seni, olahraga dan budaya. 

Tak heran Pacu Jalur mendapat perhatian masyarakat yang sangat luas, karena festival tahunan ini hanya ada di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).

Menurut Assoc. Prof. DR. H. Edyanus Herman Halim, SE., MS, yang juga merupakan tokoh adat Kuansing, bahwa pacu jalur yang menjadi icon budaya  Kuansing memiliki filosofi makna khusus.

"Filosofinya mensyukuri hasil panen berupa  padi di zaman dahulu dan budaya gotong royong," terang Edyanus yang akrab dipanggil Datuk Bisai, kepada liputanoke.com pada Kamis (27/7/2023).

Alasan ini dikemukakan oleh tokoh Kuansing ini, bahwa dulunya masyarakat Kuansing hanya panen padi setahun sekali dan kemudian menggunakan perahu besar untuk mengangkut hasil panen tersebut.

"Pacu jalur semula adalah sampan besar yang digunakan untuk mengangkut padi, kemudian diadakan lomba perahu-perahu besar," ulasnya.

Dirujuk dari sejarah ini, kemudian ketika Belanda datang ke Kuansing maka pacu jalur digunakan sebagai upaya merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina pada Agustus. Baru kemudian dijadikan sebagai acara rutin Festival Merayakan HUT RI.

"Sampai sekarang masih ada hasil pertanian padi, jagung selain hasil perkebunan karet. 

Dahulunya hasil panen sekali setahun setiap selesai panen diangkut di sungai dari sawah nyebrang hilir sungai atau hulu menggunakan sampan (Jalur, red) berukuran besar. 

"Isinya kalau dulu bukan orang, tapi padi. Setelah dipacu isinya 30 sampai 40 orang, bahkan ada yang 50 orang," ujarnya.

Dalam masyarakat Kuansing dikenal istilah "Perari" atau "Porari" yakni Gotong Royong, misalnya ditempat si A sama-sama panen nanti hasil panen akan dimasukkan ke dalam kembut (Kantong) yang dibuat dari anyaman pandan. 

"Itu yang ditata dalam jalur nanti diseberangkan atau dihilirkan atau diteruskan ke rumah masing-masing secara bersama. Setelah itu bergembira melakukan pacu jalur atau perahu," tukasnya. (*16) 

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#Pacu Jalur

Index

Berita Lainnya

Index