Guys, Lihat Nih! Begini Cara Pelajar SMAN 9 Pekanbaru Cegah Perundungan dan LGBT

Guys, Lihat Nih! Begini Cara Pelajar SMAN 9 Pekanbaru Cegah Perundungan dan LGBT

PEKANBARU, LIPO - Pagi itu hujan mereda. Di langit awan masih tampak menggumpal kelabu. Tiba-tiba ratusan pelajar kelas 10 SMAN 9 Pekanbaru berdatangan dan berkumpul di halaman Kantor Gubernur Riau. 

Kedatangan siswa dan siswi pada Minggu (22/10/23) pagi itu untuk menggelar senam dan melakukan orasi kesehatan mental. 

Saat itu, matahari masih tersipu malu memancarkan arunika usai diguyur hujan semalaman. Pagi itu, jarak pandang pun masih terhalang embun kabut. Namun,  para pelajar, guru, dan orang tua, tetap semangat datang ke lokasi acara usai waktu subuh. 

Jarum jam masih menunjukkan waktu pukul 06.45 WIB. Sisa percik air hujan pun masih membekas membasahi lapangan. Ratusan peserta senam seketika berbaris. Dari atas panggung terdengar instruktur mulai menyuarakan aba-aba. Suaranya lantang memberi semangat. Senam Sehat P5 (projek penguatan profil pelajar Pancasila) pun dimulai. 

Dentuman alunan lagu Pelajar Pancasila hingga Cikini ke Gondangdia mengiringi peserta senam. Kepala, pundak, lutut, dan kaki, bergerak kompak sesuai instruksi. 

Usai melaksanakan senam, seluruh peserta berjalan kaki menuju area Car Free Pekanbaru (CFD). Lokasinya, tepat berada di bundaran tugu zapin. Sejumlah pelajar mulai berorasi menyampaikan pencegahan LGBT, perundungan (Bulying), anxiety dan stress, serta self harm (menyakiti diri sendiri). 

"Kami berdiri di sini untuk mewakili para korban (perundungan). Kami menyuarakan keluh kesah korban  Aksi bullying dan cyberbullying.  Permasalahan ini sudah mengkhawatirkan dan memprihatinkan, terutama pada lingkungan sekitar dan media sosial," ujar siswa kelas 10 SMAN Pekanbaru. 

Dia menjelaskan, kondisi saat ini cyberbullying sedang marak. Kondisi ini dibarengi perkembangan teknologi yang semakin pesat. 

"Cyber Bullying sering terjadi di dunia maya. Hal ini dapat terjadi di media sosial seperti Instagram, Twitter, Tiktok. Selain itu bisa terjadi melalui platform chatting Whatsapp dan Telegram. Kondisi ini bisa berdampak buruk bagi kehidupan sosial dan psikologis korban," ucapnya. 

Kemudian, ada pula pelajar lainnya yang berorasi terkait Anxiety dan stress, atau kecemasan berlebihan. Kondisi ini bisa dialami seseorang lantaran pernah mengalami trauma, dan bisa menyebabkan rasa takut untuk menjalankan kehidupan sehari-hari.

"Anxiety bisa dicegah dengan cara relaksasi, olahraga teratur, mencukupi waktu tidur, membatasi minuman beralkohol, dan bertukar pikiran dengan orang yang bisa dipercaya. Selain itu, bisa juga berkonsultasi dengan psikiater," ujarnya. 

Dalam orasi itu juga disampaikan cara menghindari perilaku LGBT, yakni dengan cara menjaga kesucian diri dan menghindari tindakan yang bisa merusak moralitas. 

"Dari segi agama, kita harus meningkatkan iman dan taqwa, guna untuk merubah perilaku dan menjauhi dari segala bentuk dosa. LGBT juga dapat dihindari melalui didikan orang tua sejak dini. Pertama anak perempuan harus mendapatkan rasa kasih sayang dari ayahnya, dan tidak memperlakukan anak laki-laki seperti memperlakukan anak perempuan," sebutnya. 

Sementara, Kepala Sekolah SMAN 9 Pekanbaru, Dra Darmina, MPd mengatakan, tujuan kegiatan ini sesuai Kurikulum Merdeka. Tema  yang diusung adalah "Bangunlah Jiwa Raga". Adapun topik yang dipilih yakni "Merangkul dengan Cinta". 

"Jadi satu di antara cara membangun jiwa sehat adalah dengan kegiatan senam sehat P5 dan kegiatan Orasi Kesehatan Mental," kata Darmina di lokasi acara. 

Dijelaskan, P5 merupakan program Kurikulum Merdeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebelumnya, para siswa telah mempelajari senam sehat dan cara bertutur kata. 

Selain itu, para siswa juga  mempelajari dan berorasi terkait pencegahan LGBT, perundungan, Anxiety dan stress, serta self harm. Terkait pencegahan tersebut, pihaknya juga telah melakukan kerja sama dan menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten dari rumah sakit dan lembaga terkait lainnya. 

"Setiap hari Jumat dan hari senin kami mengundang narasumber ke sekolah. Ini untuk memberi pemahaman kepada siswa agar bisa mencegah perundungan, LGBT, anxiety dan stress, juga self harm. Kami berharap, dengan adanya kegiatan ini, dan adanya Kurikulum Merdeka yang telah ditetapkan pemerintah bisa mencegah hal-hal negatif, baik itu di lingkungan sekolah dan di luar sekolah," tandas Darmina. ***

 

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#Perundungan

Index

Berita Lainnya

Index