PEKANBARU, LIPO - Dinas Pendidikan Riau telah melakukan pendataan jumlah sekolah dan penyebab keterlambatan pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 untuk masuk perguruan tinggi. Keterlambatan pengisian SNBP ini tentu sangat merugikan siswa.
Hasil investigasi Disdik menemukan ada 50-an SMA dan SMK di Riau terlambat melakukan pengisian PDSS dengan berbagai alasan.
Plt Kadisdik Riau, Edi Rusma Dinata, beberapa saat yang lalu, mengatakan, kendala di sejumlah SMA dan SMK di Provinsi Riau bermacam-macam. Diantaranya masalah infrastruktur, minimnya motivasi siswa, serta keterbatasan akses internet di daerah terpencil.
Berikut ini beberapa kendala hasil investasi Disdik Riau.
Kendala Infrastruktur dan Akses Internet
Banyak sekolah di daerah terpencil mengeluhkan sulitnya mengakses internet yang stabil, yang menjadi penghambat utama dalam pengisian PDSS. SMAN 2 Sungai Mandau, misalnya, menyebutkan bahwa lokasi sekolah yang jauh dari perkotaan dan akses internet yang sering hilang-timbul menjadi penyebab utama keterlambatan pengisian data. Hal serupa dialami oleh SMAN 3 Minas, yang terletak di Desa Mandiangin, Kecamatan Minas, dimana jaringan internet sering terganggu akibat pemadaman listrik oleh PLN.
SMKN 1 Sungai Apit juga mengalami kendala teknis, di mana nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) salah satu siswa tidak terinput dengan baik. Sementara itu, SMKN 1 Kerinci Kanan melaporkan masalah sinkronisasi data Dapodik yang terganggu karena adanya PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) yang terdata invalid. Meskipun telah melakukan berbagai upaya perbaikan, masalah ini belum terselesaikan hingga batas waktu pengisian PDSS.
Minimnya Motivasi Siswa dan Dukungan Orang Tua
Selain kendala teknis, minimnya motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi juga menjadi masalah serius. SMAN 2 Sungai Mandau menyatakan bahwa sebagian besar siswa lebih memilih bekerja setelah lulus karena tekanan ekonomi keluarga. Orang tua siswa, yang sebagian besar bekerja sebagai petani atau tidak bekerja, cenderung tidak mendukung anak-anak mereka untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
SMAN 2 Mempura juga melaporkan bahwa dua siswa yang memenuhi syarat untuk mengikuti SNBP memilih tidak melanjutkan kuliah karena alasan yang sama. Hal serupa terjadi di SMAN 1 Pelalawan, di mana siswa lebih memilih bekerja atau kuliah di perguruan tinggi swasta (PTS) yang dianggap lebih terjangkau.
Keterlambatan Pengumpulan Data dan Finalisasi
Keterlambatan pengumpulan data dan finalisasi PDSS juga menjadi masalah yang banyak dihadapi sekolah. SMAN 2 Kubu Babussalam, Rokan Hilir, misalnya, mengeluhkan jaringan internet yang buruk sehingga tidak dapat menginput data nilai rapor dengan tepat waktu. SMAN 2 Bangko Pusako juga mengalami keterlambatan finalisasi karena pengisian data nilai siswa tidak tuntas sebelum batas waktu yang ditentukan, yaitu 31 Januari 2025 pukul 15.00 WIB.
Di SMAN 1 Bukit Batu Bengkalis, keterlambatan finalisasi terjadi karena insiden lalu lintas yang dialami operator sekolah pada malam terakhir pengisian PDSS. Akibatnya, proses pengecekan data dan pengunggahan nilai terhambat, dan data tidak dapat diunggah sebelum batas waktu.
Upaya Sekolah dan Harapan Perpanjangan Waktu
Meskipun menghadapi berbagai kendala, banyak sekolah telah berupaya maksimal untuk memastikan siswa mereka tetap dapat mengikuti SNBP 2025. SMAN 2 Sungai Mandau dan SMAN 3 Minas, misalnya, telah mengirimkan surat kuasa dan data siswa yang eligible sebelum batas waktu perpanjangan pada 5 Februari 2025. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil, dan sekolah-sekolah tersebut berharap pihak PDSS dapat memberikan perpanjangan waktu tambahan.
SMKN 1 Kerinci Kanan juga telah melakukan berbagai upaya perbaikan, termasuk melaporkan masalah ke Ops Dinas dan Helpdesk SAPD, namun belum mendapatkan solusi yang memadai. Sekolah ini berharap adanya respon cepat dari pihak terkait agar siswa yang eligible tidak kehilangan kesempatan untuk mengikuti SNBP.******