PEKANBARU, LIPO-Kejaksaan Negeri Pekanbaru tengah mendalami dugaan penyimpangan dalam pembangunan turap anak sungai di Jalan Gelugur Kelurahan Tangkerang Utara, Kecamatan Bukitraya, Pekanbaru.Turap tersebut kondisinya hancur berantakan. Padahal menurut warga sekitar usia turap tersebut baru digunakan satu tahun lebih.
Turap sepanjang sekitar 100 meter lebih terlihat patah, besi yang yang ada terlihat kecil dan putus. Sementara pada bagian lain sekitar 50 meter turap tersebut sudah hancur berantakan tanpa bentuk.
Akibat kondisi turap yang rubuh tersebut juga mengakibatkan jembatan yang ada di atasnya dan dua rumah juga terlihat hancur. Sehingga tidak dapat digunakan sama sekali. Hancurnya turap dan rubuhnya jembatan mengakibatkan akses jalan warga terputus.
Jembatan yang membentang di atas anak Sungai Sail di Jalan Gelugur itu sudah ambruk sejak 23 Juni lalu atau H-2 Idul Fitri 1438 H. Saat itu, hujan lebat mengguyur Kota Pekanbaru. Sejumlah wilayah di Pekanbaru terendam banjir, dan banjir juga meluluhlantakkan jembatan tersebut.
Meski ambruk, jembatan yang menjadi penghubung antara Kecamatan Sail dan Kecamatan Bukitraya itu masih belum diperbaiki oleh pemerintah setempat.
Dari informasi yang dihimpun, jembatan dan turap tersebut dibangun pada tahun 2015 oleh instansi yang dulu bernama Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Pekanbaru, dan penggunaan dimulai pada awal 2016 lalu. Sementara rekanan yang mengerjakan proyek itu adalah CV Bunga Lestari dengan nilai kontrak sekitar Rp400 juta.
Terkait kejadian ini, masyarakat telah melayangkan laporan ke Kejari Pekanbaru. Masyarakat menduga adanya penyimpangan dalam proyek itu, yang mengakibatkan infrastruktur tersebut hancur meski baru berumur 1 tahun lebih."Kita sudah terima laporannya beberapa hari yang lalu," ungkap Kepala Seksi Intelijen Kejari Pekanbaru, M Hartono, , Selasa (1/8).
Menanggapi laporan itu, Hartono menegaskan kalau pihaknya akan melakukan pendalaman dengan melakukan pengumpulan bahan dan keterangan. "Kita belum bisa menyimpulkan (apakah ada penyimpangan dalam pembangunan proyek itu atau tidak). Yang penting, saat ini tim masih bekerja," pungkas Hartono.
Sementara, dari pantauan di lapangan kendati sudah ambruk dan patahan badan jembatan mengenai air sungai, warga masih menggunakan jembatan dengan membuat titian kayu seadanya di titik patahan. Titian ini hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Sedangkan pengendara motor tidak bisa melewatinya sama sekali.(lipo*3/net)
Turap sepanjang sekitar 100 meter lebih terlihat patah, besi yang yang ada terlihat kecil dan putus. Sementara pada bagian lain sekitar 50 meter turap tersebut sudah hancur berantakan tanpa bentuk.
Akibat kondisi turap yang rubuh tersebut juga mengakibatkan jembatan yang ada di atasnya dan dua rumah juga terlihat hancur. Sehingga tidak dapat digunakan sama sekali. Hancurnya turap dan rubuhnya jembatan mengakibatkan akses jalan warga terputus.
Jembatan yang membentang di atas anak Sungai Sail di Jalan Gelugur itu sudah ambruk sejak 23 Juni lalu atau H-2 Idul Fitri 1438 H. Saat itu, hujan lebat mengguyur Kota Pekanbaru. Sejumlah wilayah di Pekanbaru terendam banjir, dan banjir juga meluluhlantakkan jembatan tersebut.
Meski ambruk, jembatan yang menjadi penghubung antara Kecamatan Sail dan Kecamatan Bukitraya itu masih belum diperbaiki oleh pemerintah setempat.
Dari informasi yang dihimpun, jembatan dan turap tersebut dibangun pada tahun 2015 oleh instansi yang dulu bernama Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Pekanbaru, dan penggunaan dimulai pada awal 2016 lalu. Sementara rekanan yang mengerjakan proyek itu adalah CV Bunga Lestari dengan nilai kontrak sekitar Rp400 juta.
Terkait kejadian ini, masyarakat telah melayangkan laporan ke Kejari Pekanbaru. Masyarakat menduga adanya penyimpangan dalam proyek itu, yang mengakibatkan infrastruktur tersebut hancur meski baru berumur 1 tahun lebih."Kita sudah terima laporannya beberapa hari yang lalu," ungkap Kepala Seksi Intelijen Kejari Pekanbaru, M Hartono, , Selasa (1/8).
Menanggapi laporan itu, Hartono menegaskan kalau pihaknya akan melakukan pendalaman dengan melakukan pengumpulan bahan dan keterangan. "Kita belum bisa menyimpulkan (apakah ada penyimpangan dalam pembangunan proyek itu atau tidak). Yang penting, saat ini tim masih bekerja," pungkas Hartono.
Sementara, dari pantauan di lapangan kendati sudah ambruk dan patahan badan jembatan mengenai air sungai, warga masih menggunakan jembatan dengan membuat titian kayu seadanya di titik patahan. Titian ini hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki. Sedangkan pengendara motor tidak bisa melewatinya sama sekali.(lipo*3/net)