Plt Kepala Dinas Kesehatan Bengkalis Supardi melalui Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinkes Alwizar menegaskan sosialisasi pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menjadi program prioritas Dinas Kesehatan Bengkalis. Sebab langkah ini yang paling efektif dalam upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Dengan gencarnya memberikan pemahaman kepada masyarakat pada pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat mencegah berjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)," papar Alwizar.
Salah satu PHBS yakni peduli terhadap kebersihan lingkungan baik di dalam ataupun luar rumah, hal ini berguna untuk mencegah terjadinya DBD. Karena virus Dengue itu dibawa melalui gigitan nyamuk (Aedes Aegypty)," terangnya.
Dia menjelaskan bentuk perilaku PHBS selain memperhatikan kebersihan lingkungan, yakni menjaga kesehatan dengan makanan yang mengadung asupan gizi lengkap dan seimbang.
Terkait dengan pencegahan DBD ini, di Kabupaten Bengkalis ada 6 Kecamatan daerah endemis DBD yakni Kecamatan Mandau, Pinggir, Bengkalis dan Kecamatan Bantan."Selain 4 Kecamatan lama tersebut ada 2 kecamatan pemekaran yakni Kecamatan Bathin Solapan dan Kecamatan Talang Muandau," kata Alwizar.
Selain gencar melakukan sosialisasi PHBS kepada Masyarakat, Pemkab Bengkalis melalui Dinas Kesehatan juga membentuk Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pengendalian DBD. Kelompok Kerja ini diketuai Asisten III dengan melibatkan sejumlah OPD terkait, yakni Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Kemenag, Dinas Sosial, Dinas Perindag.
Sebelum membentuk pengurus Pokjanal Pemberantasan DBD baik tingkat kabupaten maupun tingkat desa dan kelurahan, tapi terlebih dahulu Dinkes memberikan pemahaman pembentukan Pokjanal tersebut kepada Puskesmas dan pihak kecamatan.
Berdasarkan data analisa Dinas Kesehatan 5 tahun terakhir dulunya ada 4 kecamatan lama dan 2 kecamatan baru menjadi fokus untuk membentuk Pokjanal tingkat kecamatan dan akan diteruskan di tingkat desa atau kelurahan.
"Target kita Pokjanal ini akan dibentuk di setiap desa di 6 kecamatan tersebut, artinya Pokjanal ini adalah wadah koordinasi untuk menekan angka kesakitan demam berdarah dalam bentuk peran serta masyarakat untuk melakukan pembersihan sarang nyamuk kemudian penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan memutuskan mata rantai penularan. Dan apabila ada Fogging maka kita akan libatkan Pokjanal setempat," beber Alwizar
Sedangkan unsur Pokjanal di kecamatan disesuaikan dengan susunan tata pemerintahan di pedesaan bersama dengan masyarakat.
"Rencananya minggu ini akan menemui Sekdakab Bengkalis. Target saya bulan sampai Juni sudah terbentuk sampai tingkat desa dan berdasarkan pertemuan tersebut bisa mengagendakan pembentukan Pokjanal Pemberantasan DBD Tingkat Kabupaten dengan pengurus melibatkan unsur yang komplek," Sebutnya lagi.
Target setelah terbentuk Pokjanal tersebut Alwizar menargetkan kasus DBD ini tinggal 20 persen dari jumlah kasus DBD pada tahun tahun sebelumnya.
"Untuk tahun 2018 ini sudah terjadi penurunan kasus DBD yang cukup signifikan, dimana selama 2018 terhitung Januari hingga April terdapat 107 kasus, tidak ada korban meninggal. Jika dibandingkan dengan kasus 2016 yang mencapai 909 kasus dengan 12 korban meninggal dunia. Artinya penurunan jumlah kasusnya sangat tinggi, mudahan ke depan akan terus ditekan angka penderitanya," harap Alwizar.
Selain itu, Dinkes Bengkalis juga meminta masyarakat Bengkalis waspada terhadap deman berdarah dengeu (DBD) di musim hujan ini. Apalagi sejak beberapa hari terakhir hujan di Bengkalis sering terjadi.
Menurut dia upaya pencegahan di musim hujan ini perlu dilakukan agar nyamuk aedes Aegypti tidak berkembang di lingkungan masyarakat.
"Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah dengan mencegah nyamuk aedes aegypti berkembang biak. Untuk itu, warga diminta untuk menutup rapat-rapat penampungan air bersih atau air hujan, agar nyamuk tidak dapat meletakkan telurnya sehingga tidak menjadi jentik dan berkembang menjadi nyamuk dewasa," jelas Alwizar.
Selain itu upaya kesadaran masyarakat untuk pencegahan berkembangan nyamuk DBD, Dinkes Bengkalis juga telah minta kepada seluruh kepala Puskesmas dan Camat di Bengkalis untuk lebih gencar mensosialisasikan kepada masyarakat luas agar waspada terhadap DBD. "Kita sudah sampaikan setiap Puskesmas dan Camat untuk melaksanakan sosialisasi agar warga tetap waspada dimusim hujan ini, "terang dia.
"Bahkan kita sampaikan kepada camat, puskesmas agar meminta masyarakat aktif melakukan gotong royong, membersihkan lingkungan tempat tinggal secara teratur,†tambah Alwizar.
Menurut Alwizar selama ini masih ada anggapan dari sebagian masyarakat, pencegahan DBD melalui upaya pengasapan (fogging). Namun anggapan itu kurang tepat, karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja dan merupakan upaya pengendalian jika ada kasus penderita penyakit saja agar tidak meluas dan berkembang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
“Meski ada tindakan pengasapan atau juga bubuk abate, namun program 3 yakni menguras, menimbun dan menutup penyimpanan air bersih jauh lebih efektif untuk mencegah timbulnya penyakit DBD,†pungkas Alwizar.
Cara yang bisa dilakukan dengan gerakan 3M antara lain sebagai berikut.
1. Menutup tempat penampung air
Seperti yang diketahui bersama, nyamuk adalah hewan yang berkembang biak dengan melewati beberapa fase tertentu, yaitu mulai dari telur, jentik nyamuk, hingga nyamuk dewasa. Telur nyamuk hanya bisa menetas di media air yang nantinya akan menjadi jentik-jentik nyamuk. Jentik nyamuk inilah yang jika tumbuh bisa bertransformasi menjadi nyamuk dewasa.
Oleh karena itu, pencegahan pertama dari penyakit demam berdarah yang bisa dilakukan adalah dengan mencegah perkembangan nyamuk melalui media air. Salah satunya menutup semua tempat penampungan air. Untuk kamar mandi yang menggunakan bak mandi, maka tutuplah bak mandi dengan penutup yang rapat. Demikian juga dengan gentong, atau bentuk penampungan air terbuka lainnya. Hal ini akan membantu mencegah perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah.
2. Menguras bak mandi atau tempat penampungan air lainnya
Cara kedua yang bisa dilakukan adalah dengan menguras bak mandi dan tempat penampungan air lainnya secara bersih dan serutin mungkin. Hal ini perlu dilakukan, karena bukan hal yang tidak mungkin jika jentik-jentik nyamuk tetap bisa berkembang pada penampungan air. Menguras bertujuan untuk mengurangi habitat bagi jentik-jentik nyamuk. Selain itu, jentik-jentik akan bisa dibuang dalam proses pengurasan. Setidaknya lakukan pengurasan sebanyak satu kali dalam satu minggu untuk mengurangi risiko penyebaran nyamuk penyebab DBD.
3. Mengubur atau mendaur ulang barang bekas
Jika ada barang bekas atau barang yang sudah tidak terpakai, maka lebih baik dikubur atau dimanfaatkan dengan daur ulang. Terutama barang bekas yang bisa memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak (kaleng, botol, gelas bekas, dan lainnya yang bisa menampung air). Lebih baik benda-benda seperti itu dikubur agar tidak menampung air. Selain itu, barang bekas yang menumpuk dalam rumah juga akan menjadi tempat sarang nyamuk.(adv)
Ketua Komisi IV DPRD Bengkalis, Sofyan Albantani
Maksimalkan Sosialisasi Pola Hidup Sehat Kepada Masyarakat

Ketua Komisi IV DPRD Bengkalis, Sofyan yang menjadi mitra kerja Dinas Kesehatan sangat mengapresiasi program-program yang dilaksanakan OPD terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan, terutama program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
"Selama ini kita dari Komisi IV terus memberikan dukungan penuh kepada Dinas kesehatan untuk melaksanakan program-program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat," kata Sofyan.
Namun, ke depan Dinas Kesehatan diharapkan untuk meningkatkan lagi dan lebih fokus dalam hal memberikan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat bagaimana pola hidup yang sehat untuk mencegah berbagai macam penyakit terutama Demam Berdarah Denque (DBD).
Menurutnya, program Diskes untuk sosialisasi pola hidup sehat ini perlu ditingkatkan lagi, karena program rutin yang dilakukan Dinas Kesehatan dan instansi terkait selama masih musiman. Misalnya terjadi peningkatan kasus DBD, maka sosialisasi pola hidup sehat akan lebih intens.
Tetapi yang sangat efektif dalam mensosialisasika pola hidup sehat untuk mencegah DBD ini adalah bagaimana mengikutsertakan masyarakat secara langsung melaksanakan pola hidup sehat ini.
Rendahnya peran dan partisipasi masyarakat yang seharusnya menjadi sumber daya utama dalam pemberantasan DBD dikarenakan selama ini pola pemberdayaan masyarakat yang bersifat instruksional bukan aktif partisipatif.
Perlu dipahami tidak ada cara yang lebih ampuh mempercepat upaya pemberantasan penyakit DBD selain dengan cara memberdayakan masyarakat.
Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan kunci keberhasilan upaya pemberantasan penyakit DBD.
"Kita dari Komisi IV siap mendukung program-program yang akan dilaksanakan Dinas Kesehatan untuk program sosialisasi pola hidup sehat ini, apalagi selama ini, tidak ada kendala terkait penganggaran dana untuk program-program yang berkaitan langsung dengan masyarakat ini," ujar Sofyan.
Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka program-program penyuluhan langsung ke masyarakat harus dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan bukan hanya bersifat monumental saja.
Tidak dapat dipungkiri upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD harus melibatkan jaringan kemitraan seluruh komponen dan tidak hanya mengandalkan peran Dinas Kesehatan saja.
Jejaring kemitraan dilaksanakan melalui pertemuan berkala guna memadukan berbagai sumber daya masing-masing mitra. Pertemuan berkala dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program.
"Untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pola hidup sehat ini, Dinas Kesehatan bisa memberikan semacam reward kepada keluarga-keluarga yang dinilai konsisten menerapkan pola hidup sehat. Langkah ini sekaligus memberikan motivasi untuk seluruh masyarakat bagaimana mereka juga bisa melaksanaan pola hidup sehat," papar Anggota Dewan dari PDI Perjuangan ini.
Satu hal penting yang juga menjadi komponen kunci upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD adalah terkait dengan peningkatan profesionalisme pengelola program DBD.
Di samping itu, penempatan orang yang memiliki kapabilitas dan kompetensi kesehatan masyarakat sebagai pengelola program DBD menjadi faktor penting juga yang tidak boleh dilupakan.
Sehubungan dengan upaya sukses dari strategi pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan DBD maka diperlukan perencanaan pokok dan bentuk kegiatan nyata yang dilakukan oleh kelompok pemberdayaan yang ada di masyarakat.
Selanjutnya, penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat, pemantauan jentik secara berkala dan pemetaan penyebaran kasus juga harus dilakukan secara lebih intensif dan kontinyu.Melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk secara rutin minimal seminggu sekali dengan dimotori kepala RT setempat.
Dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan tersebut secara rutin, jika dijalankan secara sungguh -sungguh dan intensif maka penyakit DBD yang selama ini terus menjadi momok yang menghantui dan menakutkan, khususnya bagi Warga Bengkalis pasti bisa ditekan seminimal mungkin bahkan sampai tidak ada sama sekali.
"Namun keberhasilan kegiatan-kegiatan di hanya dapat dicapai apabila masyarakat diberdayakan lebih maksimal dengan pendekatan aktif partisipatif dan bukan sebatas instruksi dari pimpinan," pungkas Sofyan.(***)
Ketua Karang Taruna Kabupaten Bengkalis, Misliadi
Dukung dan Berpartisipasi Realisasikan Program PHBS
Ketua Karang Taruna Bengkalis, Misliadi mengungkapkan Karang Taruna sebagai salah satu organisasi "plat merah" pasti mendukung apa yang dibuat oleh penerintah daerah apalagi ini untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Bengkalis dan bersentuhan langsung dengan masyarakat yakni program sosialiasi pola hidup sehat untuk mencegah DBD.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis cukup memiliki perhatian yang serius terutama masalah kesehatan masyarakat hal ini terbukti dengan beberapa kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh Pemkab Bengkalis melalui Dinas Kesehatan.
Salah satu kegiatan baru-baru ini adalah sosialisasi ke masyarakat melalui Dinas Kesehatan. Karang taruna sendiri juga ikut berperan aktif dalam hal ini.
"Pada tahun 2017 yang lalu kita dapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk melaksanakan beberapa kegiatan salah satunya di bidang kesehatan. Mudah-mudahan pada tahun ini kerjasama antara pemerintah daerah dan karang taruna melalui dinas kesehatan tetap terjalin sehingga karang taruna sebagai salah satu organisasi sosial dapat menjalankan fungsinya," harapnya.(ADV)
Ikuti LIPO Online di "Dengan gencarnya memberikan pemahaman kepada masyarakat pada pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat mencegah berjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)," papar Alwizar.
Salah satu PHBS yakni peduli terhadap kebersihan lingkungan baik di dalam ataupun luar rumah, hal ini berguna untuk mencegah terjadinya DBD. Karena virus Dengue itu dibawa melalui gigitan nyamuk (Aedes Aegypty)," terangnya.
Dia menjelaskan bentuk perilaku PHBS selain memperhatikan kebersihan lingkungan, yakni menjaga kesehatan dengan makanan yang mengadung asupan gizi lengkap dan seimbang.
Terkait dengan pencegahan DBD ini, di Kabupaten Bengkalis ada 6 Kecamatan daerah endemis DBD yakni Kecamatan Mandau, Pinggir, Bengkalis dan Kecamatan Bantan."Selain 4 Kecamatan lama tersebut ada 2 kecamatan pemekaran yakni Kecamatan Bathin Solapan dan Kecamatan Talang Muandau," kata Alwizar.
Selain gencar melakukan sosialisasi PHBS kepada Masyarakat, Pemkab Bengkalis melalui Dinas Kesehatan juga membentuk Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pengendalian DBD. Kelompok Kerja ini diketuai Asisten III dengan melibatkan sejumlah OPD terkait, yakni Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup, Kemenag, Dinas Sosial, Dinas Perindag.
Sebelum membentuk pengurus Pokjanal Pemberantasan DBD baik tingkat kabupaten maupun tingkat desa dan kelurahan, tapi terlebih dahulu Dinkes memberikan pemahaman pembentukan Pokjanal tersebut kepada Puskesmas dan pihak kecamatan.
Berdasarkan data analisa Dinas Kesehatan 5 tahun terakhir dulunya ada 4 kecamatan lama dan 2 kecamatan baru menjadi fokus untuk membentuk Pokjanal tingkat kecamatan dan akan diteruskan di tingkat desa atau kelurahan.
"Target kita Pokjanal ini akan dibentuk di setiap desa di 6 kecamatan tersebut, artinya Pokjanal ini adalah wadah koordinasi untuk menekan angka kesakitan demam berdarah dalam bentuk peran serta masyarakat untuk melakukan pembersihan sarang nyamuk kemudian penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan memutuskan mata rantai penularan. Dan apabila ada Fogging maka kita akan libatkan Pokjanal setempat," beber Alwizar
Sedangkan unsur Pokjanal di kecamatan disesuaikan dengan susunan tata pemerintahan di pedesaan bersama dengan masyarakat.
"Rencananya minggu ini akan menemui Sekdakab Bengkalis. Target saya bulan sampai Juni sudah terbentuk sampai tingkat desa dan berdasarkan pertemuan tersebut bisa mengagendakan pembentukan Pokjanal Pemberantasan DBD Tingkat Kabupaten dengan pengurus melibatkan unsur yang komplek," Sebutnya lagi.
Target setelah terbentuk Pokjanal tersebut Alwizar menargetkan kasus DBD ini tinggal 20 persen dari jumlah kasus DBD pada tahun tahun sebelumnya.
"Untuk tahun 2018 ini sudah terjadi penurunan kasus DBD yang cukup signifikan, dimana selama 2018 terhitung Januari hingga April terdapat 107 kasus, tidak ada korban meninggal. Jika dibandingkan dengan kasus 2016 yang mencapai 909 kasus dengan 12 korban meninggal dunia. Artinya penurunan jumlah kasusnya sangat tinggi, mudahan ke depan akan terus ditekan angka penderitanya," harap Alwizar.
Selain itu, Dinkes Bengkalis juga meminta masyarakat Bengkalis waspada terhadap deman berdarah dengeu (DBD) di musim hujan ini. Apalagi sejak beberapa hari terakhir hujan di Bengkalis sering terjadi.
Menurut dia upaya pencegahan di musim hujan ini perlu dilakukan agar nyamuk aedes Aegypti tidak berkembang di lingkungan masyarakat.
"Cara yang paling efektif untuk mencegah penyakit DBD adalah dengan mencegah nyamuk aedes aegypti berkembang biak. Untuk itu, warga diminta untuk menutup rapat-rapat penampungan air bersih atau air hujan, agar nyamuk tidak dapat meletakkan telurnya sehingga tidak menjadi jentik dan berkembang menjadi nyamuk dewasa," jelas Alwizar.
Selain itu upaya kesadaran masyarakat untuk pencegahan berkembangan nyamuk DBD, Dinkes Bengkalis juga telah minta kepada seluruh kepala Puskesmas dan Camat di Bengkalis untuk lebih gencar mensosialisasikan kepada masyarakat luas agar waspada terhadap DBD. "Kita sudah sampaikan setiap Puskesmas dan Camat untuk melaksanakan sosialisasi agar warga tetap waspada dimusim hujan ini, "terang dia.
"Bahkan kita sampaikan kepada camat, puskesmas agar meminta masyarakat aktif melakukan gotong royong, membersihkan lingkungan tempat tinggal secara teratur,†tambah Alwizar.
Menurut Alwizar selama ini masih ada anggapan dari sebagian masyarakat, pencegahan DBD melalui upaya pengasapan (fogging). Namun anggapan itu kurang tepat, karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja dan merupakan upaya pengendalian jika ada kasus penderita penyakit saja agar tidak meluas dan berkembang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)
“Meski ada tindakan pengasapan atau juga bubuk abate, namun program 3 yakni menguras, menimbun dan menutup penyimpanan air bersih jauh lebih efektif untuk mencegah timbulnya penyakit DBD,†pungkas Alwizar.
Cara yang bisa dilakukan dengan gerakan 3M antara lain sebagai berikut.
1. Menutup tempat penampung air
Seperti yang diketahui bersama, nyamuk adalah hewan yang berkembang biak dengan melewati beberapa fase tertentu, yaitu mulai dari telur, jentik nyamuk, hingga nyamuk dewasa. Telur nyamuk hanya bisa menetas di media air yang nantinya akan menjadi jentik-jentik nyamuk. Jentik nyamuk inilah yang jika tumbuh bisa bertransformasi menjadi nyamuk dewasa.
Oleh karena itu, pencegahan pertama dari penyakit demam berdarah yang bisa dilakukan adalah dengan mencegah perkembangan nyamuk melalui media air. Salah satunya menutup semua tempat penampungan air. Untuk kamar mandi yang menggunakan bak mandi, maka tutuplah bak mandi dengan penutup yang rapat. Demikian juga dengan gentong, atau bentuk penampungan air terbuka lainnya. Hal ini akan membantu mencegah perkembangbiakan nyamuk di dalam rumah.
2. Menguras bak mandi atau tempat penampungan air lainnya
Cara kedua yang bisa dilakukan adalah dengan menguras bak mandi dan tempat penampungan air lainnya secara bersih dan serutin mungkin. Hal ini perlu dilakukan, karena bukan hal yang tidak mungkin jika jentik-jentik nyamuk tetap bisa berkembang pada penampungan air. Menguras bertujuan untuk mengurangi habitat bagi jentik-jentik nyamuk. Selain itu, jentik-jentik akan bisa dibuang dalam proses pengurasan. Setidaknya lakukan pengurasan sebanyak satu kali dalam satu minggu untuk mengurangi risiko penyebaran nyamuk penyebab DBD.
3. Mengubur atau mendaur ulang barang bekas
Jika ada barang bekas atau barang yang sudah tidak terpakai, maka lebih baik dikubur atau dimanfaatkan dengan daur ulang. Terutama barang bekas yang bisa memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak (kaleng, botol, gelas bekas, dan lainnya yang bisa menampung air). Lebih baik benda-benda seperti itu dikubur agar tidak menampung air. Selain itu, barang bekas yang menumpuk dalam rumah juga akan menjadi tempat sarang nyamuk.(adv)
Ketua Komisi IV DPRD Bengkalis, Sofyan Albantani
Maksimalkan Sosialisasi Pola Hidup Sehat Kepada Masyarakat
Ketua Komisi IV DPRD Bengkalis, Sofyan yang menjadi mitra kerja Dinas Kesehatan sangat mengapresiasi program-program yang dilaksanakan OPD terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan, terutama program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
"Selama ini kita dari Komisi IV terus memberikan dukungan penuh kepada Dinas kesehatan untuk melaksanakan program-program kesehatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat," kata Sofyan.
Namun, ke depan Dinas Kesehatan diharapkan untuk meningkatkan lagi dan lebih fokus dalam hal memberikan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat bagaimana pola hidup yang sehat untuk mencegah berbagai macam penyakit terutama Demam Berdarah Denque (DBD).
Menurutnya, program Diskes untuk sosialisasi pola hidup sehat ini perlu ditingkatkan lagi, karena program rutin yang dilakukan Dinas Kesehatan dan instansi terkait selama masih musiman. Misalnya terjadi peningkatan kasus DBD, maka sosialisasi pola hidup sehat akan lebih intens.
Tetapi yang sangat efektif dalam mensosialisasika pola hidup sehat untuk mencegah DBD ini adalah bagaimana mengikutsertakan masyarakat secara langsung melaksanakan pola hidup sehat ini.
Rendahnya peran dan partisipasi masyarakat yang seharusnya menjadi sumber daya utama dalam pemberantasan DBD dikarenakan selama ini pola pemberdayaan masyarakat yang bersifat instruksional bukan aktif partisipatif.
Perlu dipahami tidak ada cara yang lebih ampuh mempercepat upaya pemberantasan penyakit DBD selain dengan cara memberdayakan masyarakat.
Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD merupakan kunci keberhasilan upaya pemberantasan penyakit DBD.
"Kita dari Komisi IV siap mendukung program-program yang akan dilaksanakan Dinas Kesehatan untuk program sosialisasi pola hidup sehat ini, apalagi selama ini, tidak ada kendala terkait penganggaran dana untuk program-program yang berkaitan langsung dengan masyarakat ini," ujar Sofyan.
Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka program-program penyuluhan langsung ke masyarakat harus dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan bukan hanya bersifat monumental saja.
Tidak dapat dipungkiri upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD harus melibatkan jaringan kemitraan seluruh komponen dan tidak hanya mengandalkan peran Dinas Kesehatan saja.
Jejaring kemitraan dilaksanakan melalui pertemuan berkala guna memadukan berbagai sumber daya masing-masing mitra. Pertemuan berkala dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program.
"Untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pola hidup sehat ini, Dinas Kesehatan bisa memberikan semacam reward kepada keluarga-keluarga yang dinilai konsisten menerapkan pola hidup sehat. Langkah ini sekaligus memberikan motivasi untuk seluruh masyarakat bagaimana mereka juga bisa melaksanaan pola hidup sehat," papar Anggota Dewan dari PDI Perjuangan ini.
Satu hal penting yang juga menjadi komponen kunci upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD adalah terkait dengan peningkatan profesionalisme pengelola program DBD.
Di samping itu, penempatan orang yang memiliki kapabilitas dan kompetensi kesehatan masyarakat sebagai pengelola program DBD menjadi faktor penting juga yang tidak boleh dilupakan.
Sehubungan dengan upaya sukses dari strategi pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan DBD maka diperlukan perencanaan pokok dan bentuk kegiatan nyata yang dilakukan oleh kelompok pemberdayaan yang ada di masyarakat.
Selanjutnya, penyuluhan tentang DBD kepada masyarakat, pemantauan jentik secara berkala dan pemetaan penyebaran kasus juga harus dilakukan secara lebih intensif dan kontinyu.Melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk secara rutin minimal seminggu sekali dengan dimotori kepala RT setempat.
Dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan tersebut secara rutin, jika dijalankan secara sungguh -sungguh dan intensif maka penyakit DBD yang selama ini terus menjadi momok yang menghantui dan menakutkan, khususnya bagi Warga Bengkalis pasti bisa ditekan seminimal mungkin bahkan sampai tidak ada sama sekali.
"Namun keberhasilan kegiatan-kegiatan di hanya dapat dicapai apabila masyarakat diberdayakan lebih maksimal dengan pendekatan aktif partisipatif dan bukan sebatas instruksi dari pimpinan," pungkas Sofyan.(***)
Ketua Karang Taruna Kabupaten Bengkalis, Misliadi
Dukung dan Berpartisipasi Realisasikan Program PHBS
Pemerintah Kabupaten Bengkalis cukup memiliki perhatian yang serius terutama masalah kesehatan masyarakat hal ini terbukti dengan beberapa kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh Pemkab Bengkalis melalui Dinas Kesehatan.
Salah satu kegiatan baru-baru ini adalah sosialisasi ke masyarakat melalui Dinas Kesehatan. Karang taruna sendiri juga ikut berperan aktif dalam hal ini.
"Pada tahun 2017 yang lalu kita dapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Bengkalis untuk melaksanakan beberapa kegiatan salah satunya di bidang kesehatan. Mudah-mudahan pada tahun ini kerjasama antara pemerintah daerah dan karang taruna melalui dinas kesehatan tetap terjalin sehingga karang taruna sebagai salah satu organisasi sosial dapat menjalankan fungsinya," harapnya.(ADV)