Please, Jangan Ngeyel Menantang Corona!

 Please, Jangan Ngeyel Menantang Corona!
Dr. Afni Zulkifli/ist
LIPO - Kurang dari 3 bulan pertama tahun 2020, dunia terhentak dan seolah  'berhenti sejenak' karena virus Covid-19 atau Corona.

Dimulai akhir Desember 2019 di episentrum virus, Kota Wuhan, Provinsi Huibei, China, keganasan pandemi corona dengan cepat menyebar ke 185 negara, dan menjangkiti 278.557 orang (Worldometers per 21 Maret 2020).

'Kabar baiknya' sekitar 92.906 orang telah dinyatakan sembuh, namun penyebaran virus Corona begitu massif mematikan dengan korban tewas mencapai 11.554 jiwa. Sekali lagi, angka ini dari sekitar 3 bulan saja!

Meski telah menerapkan kebijakan pembatasan perlintasan (lockdown) secara nasional, negara seperti Italia yang kini menjadi episentrum baru virus Corona di Eropa dibuat tak berdaya. Terbaru, negeri Pizza itu mengumumkan jumlah korban teror Corona, yakni 627 orang tewas dalam sehari!

Sejak dikonfirmasi pertama kali pada 20 Februari 2020, tercatat sudah 4.032 orang meregang nyawa akibat virus Corona di Italia. Jauh melampaui jumlah korban tewas di China, tempat awal wabah itu berasal.

Di Italia, petugas medis sampai harus mengambil kebijakan mengerikan, hanya memprioritaskan mereka yang memiliki peluang hidup lebih besar. Bagi yang kritis terpaksa 'diikhlaskan'.

Virus ini menyebar borderless (tanpa batas) ke berbagai negara di banyak benua. Menyerang siapa saja tanpa memandang suku, bangsa, usia, agama, jabatan, dan berbagai status sosial lainnya. Semua bisa terkena.

Tidak terkecuali di Indonesia. Kurang dari tiga pekan sejak diumumkan pertama kali oleh Presiden Jokowi, jumlah pasien terinfeksi Corona terus merangkak naik, sudah mencapai 450 kasus, dengan 38 korban meninggal dunia.
 
Virus Corona tak hanya mengubah paksa dan memukul keras segala aspek kehidupan dunia, namun juga telah sampai mempengaruhi hubungan Tuhan dan Manusia.

Inilah virus yang membuat sunyi Masjid suci di Makkah dan Madinah, membuat Israel dan Palestina mendadak 'berdamai' dan sepakat menutup Kota Suci Betlehem, memaksa Vatikan menutup semua Gereja Katolik di Roma, dan membuat perayaan Holi di India tak lagi berwarna warni.

Melawan virus yang masih belum ditemukan obatnya ini, Indonesia dan Dunia sesungguhnya sedang membutuhkan banyak Pahlawan kemanusiaan. Membutuhkan manusia-manusia yang tidak _ngeyel_ menantang Corona dengan menyepelekannya. Karena sikap menyepelekan terbukti telah membuat virus ini semakin beringas menjadi pendemi mematikan.

Di Korsel, pemimpin Gereja Shincheonji, Lee Man-hee, tetap meminta jemaahnya hadir meski dalam kondisi sakit di tengah mewabahnya Corona. Para jemaah bahkan dilarang untuk memakai masker. Dalam hitungan hari, virus menyebar dimulai dari Kota Daegu, lokasi Gereja Shincheonji.

Lee Man-hee akhirnya bersimpuh di lantai dan menundukkan kepala di hadapan awak media meminta maaf pada seluruh rakyat negaranya. Sudah telat. Virus terlanjur menyebar cepat.

Sebanyak 60 persen dari sekitar 4.000 kasus virus corona di Korsel pada pekan awalnya, dikonfirmasi merupakan anggota gereja tersebut. 102 orang dilaporkan tewas karena Corona, yang kemudian memaksa Korsel mengambil kebijakan preventif dan mitigasi bencana terbesar sepanjang sejarah Negeri Ginseng itu.

Sementara di Malaysia, awalnya Pemerintah telah membuat larangan keramaian. Namun mereka tidak melarang kegiatan tabligh akbar di Masjid Sri Petaling, Kuala Lumpur yang diikuti 16 ribu peserta dari 26 negara yang berlangsung selama 3 hari di tengah meluasnya wabah Corona.

Tak berapa lama, ratusan peserta tabligh akbar dilaporkan positif Corona. Pemerintah Malaysia kemudian mengumumkan dua kematian pertama, salah satunya adalah peserta tabligh akbar yang telah menginfeksi hampir dua pertiga dari total infeksi negara tersebut.

WNI yang menjadi peserta di acara tersebut, dalam waktu kurang dua pekan dilaporkan mulai bertumbangan. Data terakhir, 13 WNI positif terpapar virus corona dan terpaksa dirawat di negeri jiran. Negara-negara lainnya menyusul melaporkan warganya yang ikut tabligh akbar di Malaysia, positif terpapar Corona. Ada yang sudah meninggal dunia.

Dalam catatan panitia acara tabligh akbar Malaysia, peserta dari Indonesia berjumlah 696 orang!

Jumlah sebesar itu mayoritas telah kembali pulang, bebas melenggang, menyebar ke berbagai Provinsi, masuk hingga ke pelosok kampung-kampung, karena yang terkena virus Corona memang tidak langsung menunjukkan gejala-gejala. Jadi misalkan mereka terpapar virus, tetap lolos-lolos saja dari berbagai pintu masuk perbatasan.

Terbukti! beberapa pekan kemudian pasien Corona di Indonesia yang berasal dari acara tabligh akbar di Malaysia, mulai bermunculan dari berbagai daerah.

Di Provinsi Riau, kasus 'pecah telor' Corona diketahui berasal dari warga yang sebelumnya menghadiri acara tersebut. Pasien kedua juga sama.

Entah berapa jumlah valid peserta tabligh akbar di Malaysia yang sudah masuk Indonesia, sudah kemana saja, dan sudah berinteraksi dengan siapa saja? _Wallahu A'lam Bisshowab_. Tak ada yang tahu selain Allah Taala.

Kita sedang berada dalam situasi krisis multi unpredictable (tidak bisa diprediksi). Baik dari segi jumlah tracing contact (mereka yang melakukan kontak langsung dengan korban positif terifeksi), maupun dari segi waktu kapan jejaring virus ini akan berakhir.

Menyikapi betapa rumitnya itu semua, marilah simpan sikap egois dan memikirkan diri sendiri.

Ikutilah anjuran pemerintah untuk tetap di rumah. Kalaupun harus beraktifitas di luar-mengingat ada jutaan penduduk Indonesia bekerja informal-, hendaknya tetap ikuti arahan untuk menjaga jarak aman, dan jaga kebersihan.

Hal terpenting lainnya, jangan jadikan wabah Corona ini sebagai 'alat perang apalagi senjata provokasi' sesama anak Bangsa. Tak ada gunanya.

Hentikan salah menyalah. Jangan lentikkan jari mengotori media sosial dengan hoaks. Berilah saran dan kritik konstruktif jika diperlukan. Karena virus Corona ancaman bagi seluruh umat manusia, dan manusia ditakdirkan hanya memiliki selembar nyawa. Pandemi Corona tidak akan bisa dikendalikan dengan sikap _ngeyel_ dan tanpa melakukan apa-apa.

Bila angka-angka pasien Corona terus meningkat, tingkatkan kewaspadaan bersama. Karena angka-angka dari pemerintah diprediksi memang akan terus bertambah, seiring dengan peningkatan test rapid atau uji cepat Corona yang sedang terus diupayakan dilakukan hingga ke daerah-daerah. Ini justru baik, jadi jangan panik.

Semakin cepat dan meluas pengujian, tentu akan semakin membantu pemerintah untuk mengambil kebijakan publik yang baik, karena didukung dasar kajian yang tepat (evidence based policy). Kajian yang tepat tentunya memerlukan data yang komprehensif dan akurat.

Jadi untuk melawan virus Corona dan demi mengantisipasi dampak yang 'lebih mematikan dari virus itu sendiri' dari segala sisi kehidupan berbangsa bernegara, _please_ jangan _ngeyel!_

Indonesia sedang membutuhkan semangat Gotong Royong segenap komponen Bangsa dengan dua warna yang sama, MERAH PUTIH.

Inilah masanya kita membangun sikap ''sami’na wa atho’na'' (kami mendengar dan kami taat), terutama pada perintah Umara (pemimpin) dan fatwa Ulama.

Tingkatkan rasa tolong menolong pada sesama. Bagi yang kaya menolong yang miskin, bagi yang lapang menolong yang sempit, bagi yang mapan menolong yang sedang bersusah payah bertahan di tengah gempuran Corona.

Sekali lagi, mari jadi pejuang kemanusiaan di tengah krisis Corona. Dimulai dari lingkup terkecil, diri sendiri dan keluarga. Dengan melakukan hal sederhana seperti cuci tangan, jaga jarak, dan _social distancing_, sebenarnya kita tidak hanya berjuang untuk Indonesia, tapi juga sedang memperjuangkan masa depan peradaban manusia.

Optimislah. Berpikir positif. Terus berikhtiar sembari meningkatkan ibadah pada Sang Maha, pemilik _Kun Fayakun_, Allah SWT.

_InsyaAllah_ dengan semangat kebersamaan seluruh komponen Bangsa, Indonesia akan mampu melalui masa-masa sulit ini dan memenangkan pertempuran melawan pandemi Corona. AAMIN.
________________________
Dr. Afni Zulkifli
*Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Lancang Kuning (FIA Unilak) Pekanbaru, Riau

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index