Kegiatan PKM, Prodi Sejarah FKIP Unri Gelar Pelatihan Adaptasi Teknologi E-Modul Sejarah Lokal

Kegiatan PKM,  Prodi Sejarah FKIP Unri Gelar Pelatihan Adaptasi Teknologi E-Modul Sejarah Lokal
Prof Dr Isjoni, M.Si pada kegiatan PKM, pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

PASIR PENYU, LIPO - Program Studi Sejarah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan di Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, baru-baru ini.

Kegiatan PKM yang dipusatkan di SMA Negeri 1 Pasir Penyu ini melaksanakan dua kegiatan pelatihan, pertama, Pelatihan Adaptasi Teknologi E-Modul Sejarah Lokal Berbasis Flip Pdf Corporate Edition bagi MGMP Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu.

Pelatihan Adaptasi Teknologi E-Modul ini diketuai Prof DR.Isjoni, M.Si dengan tiga anggota yakni, Asyrul Fikri, M.Pd, M Yogi Riyantama Isjoni, SE,MM dan Rizki Ananda Hasibuan, M.Pd.

Sementara itu, pelatihan  Pengembangan Soal  HOTS Materi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA Sederajat di Kabupaten Indragiri Hulu diketuai, DR. Bunari, M.Si dengan anggota  Yanuar Al Fiqri, S.Pd, M.Si dan Nurdiansyah, M.Pd.

Turut hadir pada acara pelatihan ini, Kepala Cabang Disdik Riau Wilayah IV (Kabupaten Inhu, Inhil, dan Kabupaten Kuansing) Drs Aristo MPd. Kepsek SMAN 1 Pasir Penyu Ahmad Asli, S.Pd, Ketua MGMP Sejarah SMA Se-Kab. Inhu Yuni Narti, S.Pd serta 36 guru sejarah di Kabupaten Inhu.

Prof Isjoni dalam pemaparannya mengatakan E-modul menjadi salah satu trend perkembangan teknologi pendidikan yang sampai saat ini kemajuannya sangat pesat. Pesatnya perkembangan teknologi ini menuntut guru untuk terus beradaptasi.

"Begitu juga dengan guru Sejarah yang tergabung dalam MGMP Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu memiliki tantangan besar dalam beradaptasi dengan berbagai perkembangan teknologi. Oleh sebab itu, guru Sejarah yang tergabung dalam MGMP Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu membutuhkan bantuan dalam mempelajari dan menerapkan teknologi penyusunan e-modul," papar Isjoni.

Menurut Isjoni, Hal ini dapat dilalui jika guru diberikan pendampingan penyusunan e-modul dengan menggunakan flip pdf corporate edition. Pendampingan dilakukan melalui 3 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Persiapan dilakukan untuk penyusunan modul bagi guru sehingga memudahkan guru belajar secara mandiri pada saat pendampingan. Terlihat bahwa guru sangat termotivasi, dan terampil menjalankan aplikasi pada saat proses penyusunan e-modul.

Guru juga dapat menyusun e-modul mandiri dengan menggunakan panduan. Capaian dalam pendampingan ini yaitu guru dapat menghasilkan e-modul yang dapat digunakan oleh siswa untuk belajar pada setiap mata pelajaran.

Hasil evaluasi terhadap kegiatan pendampingan menunjukkan bahwa guru membutuhkan aktualisasi pengetahuan secara konsisten dan berkelanjutan untuk meningkatkan literasi dan keterampilan berdigital dalam proses pembelajaran.

Pemilihan e-modul sebagai bentuk adaptasi teknologi bagi guru Sejarah yang tergabung dalam MGMP Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu kata Isjoni, bukan tanpa alasan. E-modul dipilih karena keunggulan-keunggulannya serta konsep self intrutional yang mendukung siswa belajar secara mandiri.

Selain itu, banyak penelitian yang mengembangkan e-modul dan memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

"Atas dasar penelitian tersebut maka guru Sejarah yang tergabung dalam MGMP Sejarah Kabupaten Indragiri Hulu perlu untuk memiliki pengetahuan serta keterampilan menyusun e-modul dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran," pungkasnya.

Sementara itu, Pemateri Pengembangan Soal  HOTS Materi Pembelajaran Sejarah Tingkat SMA, Dr Bunari, M.Si dalam paparannya menjelaskan berdasarkan Taksonomi Bloom, berpikir diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu LOTS (Lower Order Thinking Skills), MOTS (Medium Order Thinking Skills), dan HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Sebagian lagi hanya membagi menjadi dua jenis yakni LOTS dan HOTS, dimana MOTS tidak termasuk diperhitungkan karena berada pada titik tengah (antara). Pembedaan yang umum ditemui ialah LOTS (berfikir tingkat rendah) dan HOTS (berfikir tingkat tinggi).

Namun, kata Bunari, sebagian orang berasumsi, sejarah merupakan mata pelajaran yang sering dianggap membosankan, terutama oleh siswa di tingkat sekolah menengah atas (SMA).

"Kebosanan itu umumnya disebabkan oleh banyak materi sejarah, cenderung dihafal, dan proses pembelajarannya monoton dalam hal model, metode, teknik, dan pertanyaan guru. Soal sejarah dianggap kurang bervariasi karena sering menampilkan jenis pilihan ganda dan deskripsi standar.

"Untuk itu, Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unri menginisiasi pelatihan penyusunan soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) sebagai bekal penting bagi guru sejarah SMA di Indragiri Hulu. Metode yang digunakan adalah training, mentoring dan assignment," terang Bunari.

Melalui pelatihan ini kata Bunari, pertama, guru sejarah harus memahami pengertian, tujuan dan pentingnya penggunaan soal-soal berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah abad 21. Kedua, guru sejarah harus memahami berbagai jenis soal sejarah seperti esai, pilihan ganda, benar-salah, selesai, jawaban singkat, dan tugas.

Ketiga, guru sejarah harus berlatih menguasai keterampilan menyusun berbagai soal sejarah berbasis HOTS. Keempat, menerapkan beragam soal sejarah berbasis HOTS dalam pembelajaran sejarah SMA sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan.

Program PKM ini dilakukan dengan pemberian sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan dalam pembuatan soal sejarah berbasis HOTS kepada 36 orang guru sejarah. Kegiatan  yang diberikan berkaitan dengan pengertian dan hakikat HOTS, dan pentingnya soal-soal sejarah berbasis HOTS.

"Pelatihan ini penting disampaikan lebih dahulu dalam rangka memberikan pemahaman, membentuk kerangka berfikir dan membangun paradigma atau persepsi yang sama berkaitan dengan pentingnya HOTS dalam pembelajaran sejarah," terangnya.

Dari pelatihan penyusunan soal-soal HOTS  diharapkan, pertama, yang harus dilakukan guru sejarah yaitu memahami pengertian, tujuan dan arti penting pembelajaran menggunakan soal-soal sejarah berbasis HOTS di abad 21.

Memahami berbagai jenis/tipe soal sejarah yang berbasis HOTS beserta arti pentingnya soal sejarah yang variatif dalam sebuah pembelajaran. Ketiga, menguasai ketrampilan dalam menyusun soal-soal sejarah variatif yang berbasis HOTS seperti jenis esay, multiple
choise, true-false, completion, short answer, dan penugasan.

"Serta mengimplementasikan atau menerapkan soal-soal sejarah variatif yang berbasis HOTS tersebut dalam pembelajaran sejarah SMA sehari-hari sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang positif baik bagi perkembangan siswa," harapnya.(***)

 

 

 

(***)

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index