Bahu Jalan Soebrantas Panam Akan Ditertibkan, Begini Respon Para PKL

Bahu Jalan Soebrantas Panam Akan Ditertibkan, Begini Respon Para PKL
Potret PKL Memenuhi Bahu Jalan di Depan RSJ Tampan, Jalan Soebrantas Pekanbaru, pada Selasa sore (19/03/24)/F: LIPO

PEKANBARU, LIPO - Nurul (nama samaran) merasa was-was saat membaca berita akan ada penertiban pedagang kaki lima (PKL) oleh aparat keamanan pada Selasa siang (19/03/2). 

Meskipun sudah empat tahun dirinya berjalan, Ia mengaku belum pernah merasakan didatangi aparat keamanan dan minta untuk pindah berjualan. 

Alasan dirinya tetap bertahan berjualan di tempat sekarang karena pertama, kemacetan tak pernah terjadi saat dia berjualan sebab dirinya tak memakan banyak tempat. 

Selanjutnya itu, dia juga mengatakan dirinya berjualan hanya pada jam-jam tertentu. Dimulai dari pukul sebelas pagi hingga sembilan malam. Soal kebersihan dia selalu menjaganya. 

“Tapi kami cuman menggunakan payung aja untuk berjualan, bahkan sampah pun kami kumpulkan, kadang kami juga bersihkan selokan yang di belakang kami ini,” ucapnya, kepada liputanoke.com, lada Selasa (19/08/24). 

Selama ini katanya,  biasanya PKL yang ditertibkan itu berlokasi di sekitar areal Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan dan Universitas Riau. Sebab PKL disana terlalu banyak makan tempat dan berjualan selama 24 jam.

Ia cukup kesal dengan oknum PKL yang berjualan tanpa menghargai pengguna jalan lainnya, Dikarenakan perilaku oknum tersebut, PKL yang berusaha mencari rezeki dengan memperhatikan ketertiban turut kena imbasnya. 

Apabila ditertibkan, Nurul mengaku bingung akan berjualan dimana. Sebab dirinya tak mampu untuk mengeluarkan uang sewa bangunan. 

“Ya allah ga ada tempat mata pencaharian lagi do, tempat di dalam kampus itu mahal. Matilah kami,” ucap ibu dengan gunakan topi hitam itu dengan sedih. 

Adit juga (nama samaran), salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di areal RSJ Tampan. Ia mengatakan, dirinya dan pamannya telah berjualan selama lima tahun. Ia mengaku sering  kepergok aparat keamanan saat berjualan di bahu jalan. Bila itu terjadi, dirinya mengaku menutup jualannya dan kembali membuka lapaknya esok hari.

Walaupun sering kepergok, dirinya bersyukur tidak pernah ditindak secara kekerasan oleh pihak keamanan. Adit hanya menerima pengancaman akan pengangkutan lapaknya untuk dibawa ke kantor. 

“Kayak gimana lagi bang kan mau cari nafkah juga disinikan, untuk makan minum,” keluhnya kepada liputanoke.com sore hari itu.

Sering diberitakan menyebabkan kemacetan, Adit mengaku selama dia dan pamannya jualan tak ada kemacetan terjadi. Kecuali pada waktu-waktu tertentu, seperti malam takbiran. Pun demikian, sekiranya aparat keamanan mengambil tindakan tegas dirinya mengaku pasrah untuk terima keadaan. 

“Ya terpaksa pindahlah bang, mau bagaimana lagi,” ucap pria dengan kulit sawo matang itu dengan nada sedih.

Dirinya berharap aparat keamanan dapat mengerti keadaannya dalam mencari nafkah. Ia pun tidak menyalahkan aparat keamanan, sebab mereka hanya jalankan tugas. *****

 

 

 

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#Pedagang

Index

Berita Lainnya

Index