PekanbaruLIPO,– Semester pertama tahun 2025 membawa angin segar bagi industri hulu migas di wilayah Sumatera Bagian Utara. Di tengah tantangan global dan dinamika operasional, SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) justru mencatatkan sederet capaian positif.
Mulai dari lifting yang efisien, percepatan proyek strategis terjaga, pengeboran yang progresif, hingga keberlanjutan program penghijauan — seluruhnya menjadi sinyal kuat bahwa arah pembangunan migas nasional berjalan di jalur yang tepat.
Salah satu indikator yang menunjukkan tren positif adalah capaian lifting minyak yang baik
Pada Juni 2025, realisasi lifting mencapai 179.478 barel per hari, sedikit di atas rata-rata produksi aktual sebesar 179.104 BOPD. Artinya, proses lifting berlangsung dengan efisiensi 100,21% dari produksi, sebuah pencapaian yang mencerminkan tata kelola operasional yang terjaga.
“Capaian ini bukan sekadar angka, namun cerminan sinergi dan disiplin teknis antara SKK Migas dan seluruh KKKS. Kami bangga bahwa lifting dilakukan secara tepat waktu, akurat, dan optimal,” ujar C.W. Wicaksono, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut.
SKK Migas Sumbagut tetap memegang peran strategis dengan kontribusi produksi yang mencapai 30% dari total produksi minyak nasional.
Capaian ini menunjukkan bahwa KKKS di Wilayah Sumatera Bagian Utara memberikan peran penting dalam menjaga ketahanan energi nasional melalui produksi nasional tersebut.
Tidak hanya di aspek operasional harian, SKK Migas juga terus mendorong akselerasi sejumlah proyek strategis nasional (PSN) di wilayah Sumbagut. Tercatat 8 proyek fasilitas produksi yang aktif dikawal, termasuk CEOR Minas Stage-1 milik Pertamina Hulu Rokan yang ditargetkan onstream di kuartal IV tahun ini.
Proyek ini kini telah mencatatkan progres Engineering Procurement Construction (EPC) yang merupakan rangkaian proses yang dimulai dari pembangunan fasilitas proyek tersebut dengan progress sebesar 59,63%, yang tentunya menunjukkan tren positif menuju penyelesaian.
Proyek lain seperti Terubuk dan Forel–Bronang milik Medco E&P Natuna bahkan sudah hampir rampung dengan progres EPC menembus 91% dan 99%.
Sementara proyek Rantau bais Tahap 1 kini memasuki fase pengadaan EPC. Semua ini menunjukkan bahwa roda investasi dan pembangunan infrastruktur migas tetap berputar secara dinamis di Wilayah Sumbagut.
Dari sisi pengeboran, progres eksploitasi juga berjalan secara meyakinkan. Hingga pertengahan tahun, tercatat sudah 244 sumur terealisasi dari total target 606 sumur, atau sekitar 40%. Kontribusi terbesar berasal dari Pertamina Hulu Rokan, yang menyelesaikan 232 sumur.
Sementara untuk pengeboran eksplorasi, sejumlah KKKS telah menyelesaikan tahapan persiapan dan mulai mengakselerasi eksekusi di semester dua tahun ini.
Tak hanya fokus pada aspek produksi, SKK Migas juga menunjukkan komitmen nyata dalam keberlanjutan lingkungan. Melalui program penanaman pohon yang menjadi bagian dari roadmap hijau SKK Migas, wilayah Sumbagut menargetkan penanaman 88.262 pohon di tahun 2025.
Hingga Juni ini, sudah tertanam 19.607 pohon, dan program terus diperluas melalui kolaborasi aktif dengan masyarakat dan pemda. Sebagai catatan positif, di tahun 2024 lalu, realisasi program ini bahkan menembus 132% dari target, menjadi bukti kuat bahwa industri migas juga mampu hadir sebagai solusi bagi lingkungan.
Melihat capaian semester pertama 2025 ini, SKK Migas Wilayah Sumbagut optimistis bahwa arah dan langkah pengawasan, pembangunan proyek, hingga keberpihakan terhadap lingkungan akan terus berbuah hasil positif.
Sinergi yang erat antara SKK Migas Bersama KKKS yang merupakan pelaku industri terbukti menjadi pondasi kuat dalam menghadapi tantangan dan menyongsong masa depan energi Indonesia yang tangguh, efisien, dan berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa pengawasan bukan sekadar fungsi kontrol, tapi juga instrumen untuk memastikan keberlanjutan. Dari lifting hingga lingkungan, kami pastikan semua berjalan sesuai arah strategis nasional,” tutup C.W. Wicaksono.
Melalui sinergi pengawasan teknis dan dukungan multipihak, SKK Migas Wilayah Sumbagut optimis bahwa semester kedua akan menjadi momen penguatan, pencapaian, dan konsolidasi kinerja menuju kontribusi maksimal bagi ketahanan energi nasional dan keberlanjutan industri hulu migas Indonesia.(***)